Year of Security Culture 2021: Keamanan Penerbangan Tanggung Jawab Semua

Keamanan penerbangan adalah tanggung jawab semua orang. Melingkupi di semua lini dari level terendah hingga level tertinggi. Hal ini sesuai dengan slogan ICAO “Security is everyone’s responsibility”.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Novie Riyanto ketika membuka kegiatan “Year Of Security Culture 2021” atau “Tahun Budaya Keamanan Penerbangan 2021” yang dilaksanakan secara virtual, Kamis (4/3/2021).

The 40th General Assembly pada Resolusi 40-11 merekomendasikan agar International Civil Aviation Organization (ICAO) dapat mengembangkan sarana dan perangkat lanjut guna meningkatkan kesadaran keamanan dan budaya keamanan. Tahun 2020 pun ditetapkan sebagai Year of Security Culture oleh ICAO.

“Budaya keamanan penerbangan merupakan sekumpulan norma, kepercayaan, nilai, sikap, dan asumsi, terkait keamanan penerbangan yang melekat dalam kegiatan operasional penerbangan. Dicerminkan oleh tindakan dan perilaku semua orang dan personel yang terlibat dalam operasional penerbangan,” papar Novie.

ICAO memang menyerukan kepada semua entitas penerbangan, tidak hanya mereka yang terlibat secara langsung di bidang keamanan penerbangan, tapi juga kepada semua pihak terkait lain. Semuanya harus mengidentifikasi dan menjalankan peran yang mereka mainkan dalam menghalangi, mendeteksi, dan mencegah tindakan melawan hukum.

Peluncuran Tahun Budaya Keamanan Penerbangan 2021 diikuti oleh lebih dari 1.200 orang secara virtual. Mereka adalah para direktur di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara, 10 Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara (OBU), pada Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU), operator bandara di Indonesia, operator penerbangan nasional, AirNav Indonesia, para personel aviation security (avsec), serta perwakilan dari entitas dan stakeholder penerbangan di Indonesia.

“Tahun Budaya Keamanan Penerbangan juga memberikan kesempatan untuk mempromosikan keamanan penerbangan di semua aspek operasional penerbangan,” lanjut Novie. Dengan demikian dapat tercapai keseimbangan antara keamanan, keselamatan, fasilitasi, dan pengalaman penumpang, yang sangat penting dalam mendukung kelangsungan bisnis penerbangan.

Novie mengatakan, ada enam program sebagai tindak lanjut terkait implementasi Tahun Budaya Keamanan Penerbangan 2021. Pertama, sosialisasi budaya keamanan penerbangan, terutama bagi operator dan pengguna jasa penerbangan. Kedua, kampanye budaya keamanan penerbangan.

Ketiga, memperkuat fungsi pengawasan. Keempat, meningkatkan penegakan hukum. Kelima, mempererat koordinasi dengan operator dan stakeholder terkait. Keenam, mempererat kerja sama dengan negara mitra, baik dalam kerangka ICAO, regional, maupun bilateral.

Pada kesempatan itu, Ketua Umum Avia Lovers, Cucuk Suryo Suprojo yang sempat menjadi Dirjen Perhubungan Udara periode 2002-2005 mengatakan, budaya keamanan dalam penerbangan tidak hanya mencakup komunitas penerbangan, tapi seluruh komunitas yang berkegiatan di penerbangan. Mulai dari personel penerbangan sampai karyawan warung kopi, toko, serta pengemudi taksi dan lainnya.

“Mereka harus selalu ikut menjaga keamanan penerbangan dengan melaporkan hal yang dilihat dan ditemukan kepada petugas keamanan penerbangan sesuai dengan slogan see something say something,” tutur Cucuk.

Direktur Keamanan Penerbangan, Elfi Amir (Tevi) mengajak semua pihak dapat berkerja sama dengan baik untuk menjadikan keamanan penerbangan sebagai nilai inti. Dengan begitu, sexual mampu membantu mencegah ancaman dan risiko internal-eksternal yang mengakibatkan kematian dan korban jiwa. Juga kerusakan operasional serta pengaruh terhadap reputasi atau finansial penerbangan.

“Kami berharap agar seluruh entitas penerbangan dapat bekerja sama dalam menjaga penerbangan yang selamat, aman, dan sehat. Mari berkolaborasi dalam mewujudkan keamanan dalam penerbangan,” ujar Tevi.

Foto: AP II