Women in Maritime Indonesia (Wima Ina) mengajak kaum perempuan untuk tak takut berkiprah di sektor maritim. “Kami ingin wanita memiliki peran besar di dunia maritim. Apalagi Indonesia memiliki wilayah laut yang luas. Ini menjadi tantangan,” kata Nirmala Chandra Motik di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (18/9/2019) malam.
Bertepatan dengan hari jadinya yang keempat, Wima Ina yang berdiri 18 September 2015 itu mengadakan simposium “Empowering Women in The Maritime Community”. Simposium ini untuk mendorong perempuan Indonesia bisa ikut memajukan bisnis maritim dan keselamatan pelayaran.
Menurut Chandra, peluang perempuan berkiprah di sektor maritim cukup banyak. Bisa menjadi pelaut, seperti nakhoda dan awak kapal, atau menjadi pelaku bisnis pelayaran, juga praktisi hukum maritim, dan pekerjaan lainnya. “Saya misalnya, tertarik pada pekerjaan di bidang hukum maritim. Pekerjaan ini sangat menarik dan penuh dengan hal-hal yang tidak terbayangkan sebelumnya,” ucapnya.
Menjaga laut, seperti pelayaran yang selamat, memelihara habitat laut, dan wilayah maritim, merupakan tugas bersama. Chandra pun mengungkapkan rasa senangnya bahwa Hari Maritim Sedunia pada 26 September 2019 mengusung tema women in maritime. Inisiasi dari International Maritime Organization (IMO) ini, katanya, sejalan dengan Wima Ina yang ingin mengajak lebih banyak lagi perempuan di dunia maritim.
Kasubdit Keselamatan Direktorat Perkapalan dan Kepelautan Shidrotul Muntaha, mewakili Sekretaris Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Arif Toha, mengapresiasi kontribusi dan peran aktif perempuan di kemaritiman. “Untuk tahu, kami memiliki enam inspektor untuk sertifikat keselamatan kapal, empat di antaranya adalah wanita,” ujarnya.
Sidratul menambahkan, “Laut memang bukan milik laki-laki saja, wanita pun juga bisa (berkiprah di kelautan). Dari simposium ini kita ingin tahu, apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana ke depan peran wanita di maritim ini?”
Chandra mengatakan, selama ini memang tidak ada masalah gender di kemaritiman. Dukungan penuh sudah diberikan berbagai pihak. “Dari dulu sudah banyak perempuan tangguh, sepeti Malahayati dan lainnya.” Sementara itu, kendala yang ada di bidang maritim adalah di bidang hukum dan regulasi maritim, “Supaya ada perubahan,” ucapnya.
Wima Ina pun berharap, pemberdayaan perempuan dalam masyarakat maritim Indonesia terus disuarakan. Media diajak untuk mengekspose peran perempuan di bidang maritim, sehingga dapat menginspirasi dan turut berkiprah di kemaritiman.