Assalamualaikum semua …
INACA (Indonesia National Air Carriers Asaociation) mengusulkan kepada pemerintah untuk menyesuaikan tarif batas atas penerbangan. Usulan ini tercetus pada perbincangan yang diprakarsai Masyarakat Pecinta Aviasi di Jakarta,15 Januari 2019. Ada kekhawatiran kalau maskapai penerbangan yang kini masih bertahan akan “menyerah”.
Kondisi saat ini ternyata pernah pula terjadi pada tahun 1996. Eranya memang beda, tapi situasinya beda-beda tipis. Waktu itu, diakui pemerintah bahwa tarif jasa seluruh moda angkutan, termasuk angkutan udara, berada di bawah biaya pokok. Sekjen INACA waktu itu, Beny Rungkat mengatakan, “Tarif sekarang ini adalah tarif ‘sakit’. Seharusnya perusahaan penerbangan nasional disubsidi. Maksudnya, diberi kebebasan pajak, ada pinjaman lunak, dan ada lembaga jaminan untuk peminjaman dari bank.”
Tarif pun dinaikkan pemerintah pada 3 April 1996. Kenaikan tarif per penumpang per kilometer untuk kelas ekonomi dari 9,1 sen dollar AS menjadi 11 sen atau naik sekitar 20% untuk pesawat jet, sedangkan non-jet dari 13,3 sen menjadi 15 sen atau naik sekitar 15%. Waktu itu kurs dollar AS di bawah Rp2.500.
Rupanya kenaikan tarif itu tak berdampak positif juga bagi maskapai. Kata Direktur Niaga Garuda Indonesia waktu itu, Kussuyono, “Kenaikan tarif itu tidak terlalu berpengaruh pada trafik penumpang. Malah makin banyak yang minta diskon.”
Beny pun mengungkapkan, tarif yang sehat harus dikembalikan ke 13,5 sen dollar AS per penumpang per kilometer untuk pesawat jet, bahkan sebenarnya tarif ideal adalah 18 sen. “Ini kalau tidak ada devaluasi rupiah dan kenaikan avtur. Kalau yang dua ini terjadi, tarif harus lebih tinggi lagi.”
Kenaikan tarif idealnya memang agar pengusaha angkutan udara tidak gulung tikar. Namun kalau daya beli masyarakat turun, tak ada dampaknya kenaikan tarif itu. Tarif tinggi, tapi keterisian penumpangnya di bawah 60%, tetap tidak ideal.
Kalau kita lihat yield maskapai nasional, tidak ada yang dua digit. Garuda Indonesia saja hanya 7,7 sen dollar AS pada kuartal I tahun 2018 untuk domestik dan 6,1 sen untuk internasional. Penghasilannya masih cukup jauh dari mendekati angka tarif ideal, bukan?