Pemerintah mengundang ICAO (International Civil Aviation Organization) untuk memberikan pelatihan bagi personel focal point penerbangan. Focal point yang mengikuti pelatihan itu adalah mereka yang selama ini telah melaksanakan aktivitas ICAO USOAP-CMA (Universal Safety Oversight Audit Programme-Continous Monitoring Audit).
“Ini upaya berkelanjutan untuk kita menjaga keselamatan penerbangan dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh ICAO,” kata Pramintohadi Sukarno, Sekretaris Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan usai membuka “Workshop ICAO USOAP-CMA dalam rangka Peningkatan Kompetensi Pengawasan Navigasi Penerbangan” di Jakarta, Senin (19/3/2018).
Untuk mempertahankan nilai Indonesia Effective Implementation (EI) ICAO USOAP-CMA memang diperlukan sumber daya manusia penerbangan sipil Indonesia yang memiliki pemahaman, pengetahuan luas, dan keahlian yang baik. Mereka dapat memastikan kesesuaian antara ICAO SARPs (Standards And Recommended Practices) dengan peraturan nasional Indonesia beserta implementasinya.
Menurut Direktur Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara, Polana Buminingsih Pramesthi, dalam workshop itu, para personel akan melakukan diskusi dalam hal koreksi-koreksi yang sudah dilakukan. “Ke depan masih ada 20 persen yang perlu kita tingkatkan. Nanti itu didiskusikan satu per satu, di samping maintain yang sudah kita lakukan,” ujarnya.
Polana menambahkan, pihaknya akan terus melakukan peningkatan agar dari waktu ke waktu keselamatan penerbangan tetap pada posisi yang baik, bahkan menjadi lebih baik lagi. Keselamatan penerbangan hanya bisa dikelola dengan perilaku proaktif yang tercermin dalam kepatuhan pengawasan soal keselamatan penerbangan, juga prediktif.
Pada Oktober 2017, ICAO melakukan Coordinated Validation Mission (ICBM) dan Jndonesia berhasil mencapai angka EI 80,34 persen. Jadi, 20 persen lagi yang perlu dicapai dengan peningkatan-peningkatan yang terus dilakukan.
Workshop selama tiga hari (19-21 Maret 2018) itu diikuti seluruh focal point ICAO USOAP. Yakni perwakilan Direktorat Teknis dan bagian-bagian di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan SAR Nasional (Basarnas), Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara (PPSDM-PU). Diundang pula 10 kantor Otoritas Bandar Udara (OBU) di Indonesia, Atase Perhubungan RI di Montreal- Kanada selaku Alternate Representative Indonesia to ICAO, Indonesia National Continuous Monitoring Coordinator dan pihak-pihak terkait ICAO USOAP lainnya.
Dalam workshop dibahas materi seputar ICAO USOAP, seperti CMA Online Framework (OLF) dan Electronic Filing of Differences (EFOD); PQ Self-Assessment; Submit/Update Corrective Action Plans (CAPs); dan iSTARS 3.0 SPACE. Dilakukan juga sesi Demonstration and Group Exercises (Develop and Manage CAPs) yang merupakan sesi latihan kelompok untuk menghadapi audit keselamatan penerbangan. Kegiatan tersebut dibimbing oleh ICAO Headquarter Chief Oversight Support-Air Navigation Bureau, Thomas Mistos, dan Regional Officer Air Traffic Management ICAO Asia and Pacific Office, Leonard Wicks.