IndoAviation – Turki telah menolak permintaan Amerika Serikat untuk mentransfer sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia ke AS atau ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusogl, dalam sebuah wawancara, mengatakan ada beberapa tawaran yang diajukan pemerintah AS, termasuk mentransfer senjata S-400 ke Amerika atau langsung ke Ukraina.
“Amerika membuat penawaran yang secara langsung menyangkut kedaulatan kami, seperti memberi kami kendali atas S-400, dan memberikannya kepada orang lain,” ungkap menteri tersebut pada 7 Mei 2023, dalam sebuah wawancara dengan Turki Habertürk TV. “Mereka meminta kami untuk mengirim S-400 ke Ukraina, dan kami menolaknya.”
Pemerintah Amerika dan Turki sebetulnya tengah berselisih akibat Turki memutuskan untuk membeli sistem pertahanan udara buatan Rusia, S-400.
Perselisihan ini berujung pada dikeluarkannya Turki dari program F-35 pada 18 Juli 2019.
Amerika juga membatalkan kontrak pengadaan ratusan pesawat jet tempur generasi kelima Turki.
Perselisihan semakin meruncing ketika pada 14 Desember 2020, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan sanksi terhadap SSB, lembaga di bawah Kementerian Pertahanan Turki yang bertanggung jawab atas kontrak senjata, dengan dalih Turki telah melanggar sebuah perjanjian bersama untuk melawan musuh Amerika melalui pemberian sanksi.
Sejak saat itu, Turki mencari alternatif untuk memodernisasi armada pesawat jet tempurnya.
Menlu Cavusoglu menegaskan Turki tidak akan masuk kembali ke program F-35, dengan alasan bahwa negaranya sekarang sudah memproduksi pesawat tempur sendiri.
Pada 1 Mei 2023, Turki mengumumkan produk nasional pesawat jet tempur generasi kelimanya yang diberinama TF-X KAAN.
Bahkan pabrik pesawat tanpa awak Turki, Baykar Technologies, juga telah mengembangkan dua pesawat tak berawak yang bisa beroperasi dari kapal induk, yaitu Bayraktar TB3 dan Kizilelma untuk menggantikan pesawat tempur F-35B. Keduanya pun disebutkan akan beroperasi dari kapal TCG Anadolu.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Sharifulin