Top Gun: Maverick. Obat Kangen Pencinta Tomcat

Tomcat mungkin sudah pensiun, tapi bagi banyak penikmat film, pesawat ini menjadi penanda hadirnya sebuah film legendaris; Top Gun. Film yang membuat generasi muda AS di masanya bermimpi untuk masuk AL AS agar bisa menjadi bagian dari program Top Gun, program pelatihan pilot tempur AL AS (U.S. Navy Strike Fighter Tactics Instructur program).

Setelah 36 tahun (tertunda 2 tahun akibat pandemi), Top Gun hadir kembali dengan titel Top Gun: Maverick, di bawah arahan sutradara Joseph Kosinski. Masih bersama Capt. Pete “Maverick” Mitchell (Tom Cruise) tapi kali ini dengan tunggangan F/A-18 Super Hornet, bukan Grumman F-14 Tomcat.

Euphoria kehadiran Top Gun: Maverick sepertinya tidak berlebihan. Menyaksikan Top Gun: Maverick memang memberikan kesan tersendiri. Bagi yang sudah menonton Top Gun (1986), Top Gun: Maverick (2022) membangkitkan mostalgia yang sarat romantisisme dunia, fighter, dunia pesawat tempur dan pilotnya. Bagi yang belum, Top Gun: Maverick bukan tak mungkin menumbuhkan fanatisme baru terhadap dunia fighter.

Bagi pencinta film sekaligus pencinta pesawat, Top Gun: Maverick menjadi legenda baru mendampingi (kalau tidak menggantikan) Top Gun. Karakter utamanya masih berpusat pada Maverick. Tidak seperti rekannya (mantan rival), Tom “Iceman” Kazansky yang sudah mencapai pangkat admiral, meskipun sudah 30 tahun lebih berkarier di AL AS, Maverick mentok di pangkat Kapten (dengan catatan: “..but highly decorated…”). Jangan tanya kenapa, karena itu memang merupakan misteri. “It’s one of life’s mysteries, Sir…”

Wajah-wajah atau pun karakter familier adalah bagian dari formula kesuksesan sebuah sekuel. Hal ini pula yang menjadi bagian penting dalam Top Gun: Maverick. Kehadiran kembali Val Kilmer sebagai Iceman mengukir catatan tersendiri. Selain memang karakternya cukup menjadi sorotan di Top Gun, pada kenyataannya, kehadiran Kilmer sebagai bintang merupakan sesuatu yang sudah ditunggu-tunggu. Terutama sejak ia kehilangan suaranya sebagai dampak perawatan kanker tenggorokan yang dideritanya.

Kembali ke Maverick, pangkat mungkin tak penting baginya, yang penting terbang terus hingga menembus batas. “Being a fighter is not what I am, is who I am”. Memang hanya fighter sejati yang paham betul Kebanggaan (kenikmatan) sebagai fighter yang dirasakan oleh Maverick. Tapi dijamin, menyaksikan Top Gun, cukup membuat kita mengkhayalkan bagaimana rasanya terbang menguasai langit, menuntaskan misi, dan menjatuhkan lawan dari balik kokpit pesawat canggih. Untuk tujuan yang mulia, tentunya.

Kali ini boleh saja Super Hornet yang jadi fighter bintang. Tapi jangan salah, Tomcat tetap hadir sebagai pamungkas, layaknya kameo dalam film, meskipun tampil sebentar tapi mampu merebut spotlight dan memberi kesan mendalam. Plus menjadi pengobat rindu bagi pencinta Tomcat. Tidak tanggung-tanggung, Tomcat tampil melawan pesawat tempur generasi ke-5, Su-57 Felon. Apakah gentar? Tentu tidak. Toh yang penting adalah siapa “the man behind the box”… Siapa lagi kalau bukan Maverick.

Terlepas dari nostalgia dan romantisisme Top Gun di masa lalu, Top Gun: Maverick hadir dengan aksi udara yang memukau. Tidak perlu terlalu memikirkan teori teknis. Tak usah dibahas apakah mungkin seorang fighter melanggar “safety bubble” (jarak aman dengan pesawat lain) pada saat latihan.

Cukup saksikan, dan nikmati saja sensasinya yang membangkitkan kepuasan. Termasuk sensasi saat menikmati aksi Super Hornet melakukan manuver Cobra yang aslinya diidentikkan dengan pesawat Sukhoi. Tentu untuk menunjukkan kehebatan Maverick dan kecanggihan pesawatnya. Intinya, Top Gun: Maverick sukses menunjukkan aksi tempur di udara yang lebih dari sekadar dogfight.

Aksi heroik juga tentu tidak dikesampingkan. Ada misi penting yang harus dijalankan oleh Maverick dengan sejumlah pilot muda lulusan terbaik Top Gun. Di antaranya diperankan oleh Miles Teller (Lt. Bradley “Rooster” Bradshaw, Glen Powell (Lt. Jake “Hangman” Seresin, dan Monica Barbaro (Lt. Natasha

“Phoenix” Trace). Tidak asing dengan nama Bradshaw? Dialah bayangan masa lalu yang menghantui Maverick. Rooster adalah anak dari LTJG Nick “Goose” Bradshaw (diperankan oleh Anthony Edwards) yang bertindak sebagai RIO (Radar Intercept Officer) bagi Maverick di Top Gun. Goose tewas dalam latihan simulasi tempur dan meninggalkan perasaan bersalah dalam diri Maverick.

Bisa diduga, kehadiran Rooster manjadi bumbu konflik yang memperkaya plot Top Gun: Maverick.

Terkait misi heroik, tentu ada bad guy (nation) yang jadi sasaran. Tapi tak perlu lah melihatnya dari perspektif politik dan strategi militer. Film tetap film, sebuah media yang dikemas sesuai kebutuhan, dalam hal ini hiburan. Hal terpenting adalah, tujuannya untuk menghibur tercapai.

Penggemar pesawat vintage legendaris P-51 Mustang, tak mungkin melewatkan penampilannya di bagian penutup. Tidak seperti Top Gun yang ditutup dengan penampilan Tomcat, Sang Bintang, Top Gun: Maverick ditutup dengan P-51 Mustang, menggantikan Sang Super Hornet. Mungkin Cruise ingin memanfaatkan momen untuk memamerkan pesawat miliknya sekaligus keahliannya sebagai pilot berlisensi.

Kehadiran Mustang bagaikan pencuci mulut yang manis setelah puas menyantap hidangan lengkap. Mulai dari penampilan kapal induk (USS Abraham Lincoln dan USS Theodore Roosevelt), F/A-18 Super

Hornet, hingga F-35 C Lightning II dan Su-57 Felon. Tidak ketinggalan penampilan misil Tomahawk dan SAM (Surface-to-air missile). Juga penampilan ‘tidak penting’ pesawat siluman hipersonik “Darkstar”.

Sebagai film sekuel, Top Gun: Maverick sukses membangkitkan nostalgia. Tidak hanya melalui wajah-wajah familier, tapi juga momen-momen dan musik yang mengingatkan pada Top Gun orisinal. Sebut saja, “Danger Zone” yang dinyanyikan oleh Kenny Loggins, atau “Great Balls of Fire” (dipopulerkan oleh Jerry Lee Lewis) yang ditampilkan oleh Rooster. Momen Rooster bermain piano sambil menyanyikan lagu ini mengingatkan momen ketika Goose melakukan hal yang sama di Top Gun.

Sajian lengkap yang dihadirkan Top Gun Maverick sekaligus kemampuannya menyamai posisi pendahulunya bisa jadi yang membuat film ini mendapat rating tinggi. Bagaimana menurut Anda?

Foto: Paramount Pictures