Tingkatkan Layanan, AirNav Hadirkan Simulator Tower 360 Derajat

Fasilitas peralatan AirNav Indonesia terus berkembang dan tahun 2020 nanti bakal dilengkapi dengan surveillance simulator dan simulator tower 360 derajat. Kedua simulator ini menjadi bagian dari peningkatan pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia yang sudah padat.

“Indonesia ini unik, sudah padat banget (lalu lintas penerbangannya). Korea saja kalah dengan kita,” ujar Novie Riyanto, Direktur Utama AirNav Indonesia, dalam workshop “Navigasi Penerbangan Editor dan Wartawan” di Jakarta, Kamis (26/12/2019).

Novie mengatakan, “Simulator tower dalam waktu dekat akan kami adakan. Simulator ini untuk mengakomodasi di lebih dari lima tower.”

Lima bandara yang akan dilengkapi simulator tower 360 derajat ini adalah di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang; Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar; Bandara Internasional Juanda, Surabaya; Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang; dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar.

Menurut Novie, untuk pemusatan pelatihan simulator Air Traffic Control (ATC) dibangun Simulation Center dan Pusat Pengembangan Pelayanan di Jakarta. Di sini diadakan pelatihan bagi pemula dan maintain rating, juga untuk peningkatan kapasitas landasan pacu (High Intensity Runway Operation).

Peningkatan kapabilitas dan kompetensi sumber daya manusia memang menjadi prioritas. Begitu pula dengan petugas-petugas ATC di Papua, yang secara bertahap memberdayakan SDM setempat.

Sementara itu, surveillance simulator atau simulator untuk pengawasan yang dimulai tahun 2019-2020 adalah di atas kawasan Natuna. “Ke depannya, seluruh lokasi akan terpantau,” kata Novie. Simulator ini dapat mengakomodasi dua Area Control Center (ACC) dan 12 lokasi Approach Control Unit (APP)/Terminal Maneuvering Area (TMA).

AirNav Indonesia sudah memperlihatkan perkembangannya setelah menjadi satu-satunya penyedia jasa (single provider) pemandu lalu lintas udara di Indonesia sejak awal tahun 2013. Pembangunan tower dengan berbagai fasilitasnya dilaksanakan dari Sabang sampai Merauke untuk menutup perannya di udara yang sangat luas itu.

Dipaparkan bahwa jumlah peralatan navigasi penerbangan tahun 2019 naik sekitar 50% dibandingkan tahun 2013. Jumlah alat produksi untuk Communication Navigation Surveillance dan Automation (CNS-A) tahun 2013 sebanyak 2.099 unit, 2.663 unit (2014-2016), 2.803 unit (2017), 3.097 unit (2018), dan 3.144 unit (2019).

Tahun 2020, investasi untuk pengembangan peralatan navigasi penerbangan, termasuk pembangunan gedung dan pendukungnya serta mekanikal dan elektrikal lebih dari Rp2,23triliun. “Untuk otomatisasi mencapai 52% atau 1,18 triliun rupiah,” ungkap Novie.

Pembangunan gedung dan tower serta pendukungnya Rp463miliar, sementara untuk mekanikal dan elektrikal Rp104,2miliar, serta peralatan komunikasi Rp139,1miliar, navigasi Rp174,2miliar, dan pengawasan Rp172miliar.