Assalamualaikum semua …
Kata-kata “Think again” mengingatkan saya pada kata-kata dalam bahasa Sunda “Emutan deui”, yang suka dikatakan ibu saya kalau ia memberi saran pada temannya. Ibu saya suka bilang begini, “Emutan deui atuh bilih lepat.” Maksudnya, pikir-pikir lagilah supaya jangan salah atau keliru. Dengan berpikir ulang lagi dan lagi diharapkan hasilnya menjadi lebih baik.
Nah, kata-kata itu pun rupanya menjadi penggugah dalam kampanye Tourism Australia untuk mengubah persepsi dan stereotipe tentang Australia di benak wisatawan dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Salah satu kampanye UnDiscover Australia itu tulisannya, “To the 84% of Indonesian who think: Australia is all about cute, furry animals. Think again.”
Australia rupanya ingin menampilkan lebih banyak lagi destinasi dan atraksi wisata, selain yang sudah dikenal khalayak. Makanya, wisatawan digugah untuk memikirkan lagi apa yang ingin dieksplorasinya di Australia. “Banyak tempat ‘tersembunyi’ yang menunjukkan bahwa Australia bukan sekadar ikon pariwisata yang selama ini kita kenal,” kata John O’Sullivan, Managing Director Tourism Australia di Jakarta, Sabtu (1/9/2018).
Kita pun punya Wonderful Indonesia, yang ingin mengenalkan tidak hanya Bali, tapi objek-objek wisata lain yang wonderful. Wonderful Indonesia, kata O’Sullivan, berhasil mengangkat nama Indonesia dan menambah banyak wisatawan mancanegara (wisman).
Memang target jumlah wisman per tahun pun selalu terlampaui. Namun target itu kok kecil ya, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Saya suka terkesan dengan jumlah wisatawan ke Bangkok, misalnya. Satu kota di Thailand itu saja bisa kedatangan 20 juta wisman tahun lalu. Se-Indonesia targetnya sejumlah itu pun nanti tahun 2019. Pulau Jeju di Korea Selatan pun, yang sepuluhan tahun lalu hanya dikunjungi 1-2 juta wisman, tahun lalu kedatangan 7 juta wisman.
Masih banyak ternyata yang harus kita benahi untuk bisa mendatangkan lebih dan lebih banyak lagi wisman. Sebulan lalu kami ke Sumba, salah satu tempat wisata “tersembunyi” di Indonesia. Karena masih belum dikelola dengan baik, keindahannya pun nyaris tersembunyi pula. Padahal kalau bisa dikelola seperti objek-objek wisata di Jeju, jutaan wisman dipastikan datang.
Jadi, kalau Australia bilang “think again” pada wismannya, Indonesia harus “think again” pada pengelola pariwisatanya.
Foto: Reni