Perkembangan teknologi penerbangan semakin menggeliat. Salah satunya dengan hadirnya platform drone pesawat tanpa awak yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai subsektor bisnis penerbangan. Namun penggunaan sistem pesawat tanpa awak (unmanned aircraft systems/ UAS) ini masih menjadi tantangan tersendiri di Indonesia untuk dunia bisnis penerbangan.
Saat pertemuan kelompok kerja Indonesia-Amerika Serikat (kelanjutan program U.S – Indonesia Aviation Working Group) Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B Pramesti mengatakan bahwa UAS menawarkan berbagai kemampuan dan kecanggihan, sehingga industri tersebut memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan bagi Indonesia.
“Ini merupakan tantangan bagi regulator, dan membutuhkan waktu khusus untuk mengatur manajemen lalu lintas udara. Tantangan umum terletak pada mengintegrasikan pesawat berawak dan tak berawak dengan aman dan efisien terutama dalam penggunaaan wilayah udara yang sama,” ujarnya, Selasa (14/5/2019).
Melalui kemitraan strategis dengan AS yang telah terjalin sejak 2016 ini, Polana berharap wadah ini mampu memberikan sejumlah solusi dari tantangan yang dihadapi pemerintah untuk pemanfaatan UAS.
“Kami sangat menghargai adanya kerja sama erat yang dibangun antara kedua negara,” ucap Polana.
Forum ini mengkaji lebih dalam berbagai persoalan penerbangan terkini antara kedua negara, seperti peraturan penerbangan, update teknologi UAS dan paparan bagaimana Pemerintah AS dalam penanganan operasi UAS. Pada kesempatan ini juga membahas kesiapan infrastruktur Indonesia untuk menghadapi perkembangan UAS beserta resiko dan pengawasannya.
“Seperti yang kita ketahui, bahwa pengoperasian UAS telah memberikan sejumlah manfaat diberbagai sektor, oleh karena itu Ditjen Hubud perlu mendukung pengoperasian UAS yang berkelanjutan tetapi harus sesuai dengan aturan tanpa mengesampingkan keselamatan dan keamanan,” kata Polana.
Pada kesempatan tersebut, Duta besar AS untuk Indonesia, Joseph R. Donovan mengatakan bahwa tujuan digelarnya grup kerja ini untuk memperkuat kerja sama antara AS dengan Indonesia, khususnya di bidang aviasi.
“Fokus kali ini adalah infrastruktur transportasi, khususnya penerbangan. Industri penerbangan punya peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Mengingat kondisi geografi Indonesia, yang memiliki ribuan pulau, maka industri penerbangan cukup diandalkan,” ucapnya.
Menurutnya, sama seperti sektor ekonomi lainnya, industri penerbangan harus terus berkembang sejalan dengan teknologi. Salah satunya adalah sistem aviasi baru berupa UAS.
“Kami, AS, melihat teknologi UAS akan memberikan dampak signifikan pada sektor penerbangan,” ungkapnya.
Dia menilai, hal ini tak terlepas dari kemampuan dan kelebihan UAS yang bisa mengirimkan bantuan dalam waktu cepat, dapat digunakan dalam membantu perkembangan ekonomi digital dan e-commerce serta meningkatkan realibilitas pembangunan ekonomi dan infrastruktur.
Lebih lanjut dia mengatakan, tak dapat dipungkiri, UAS sangat efisien dan efektif menjangkau daerah atau kawasan-kawasan remote yang memang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.
“Kami melihat teknologi UAS bisa berkembang dan punya potensi untuk mendorong industri penerbangan di Indonesia. Namun, perkembangan industri ini tak terlepas dari regulasi dan strategi yang diterapkan oleh pemangku kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi ini,” ujarnya.
Dalam hal ini, sambungnya, erat kaitannya dengan regulator ataupun stakeholder bidang aviasi. Saat ini Amerika tertarik dan berkomitmen untuk mendorong industri penerbangan di Indonesia.
“Hal ini dibuktikan dengan adanya dukungan dari private sector company, pemerintah, stakeholder seperti FAA, TSA dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan AS,” tutupnya.