Maskapai Sriwijaya Air pada paruh kedua semester II 2019 mengalami keterpurukan keuangan lantaran terlilit utang dan imej negatif. Hal itu kemudian berdampak pada menurunnya kapasitas produksi karena menurunnya kepercayaan pelanggan.
Sebagai langkah progresif, di bawah komando direksi baru yang bersih dari orang Garuda Indonesia, maskapai ini telah mencanangkan program percepatan (quick wins) untuk bangkit dari masa-masa sulit.
“Jadi kalau berbicara quick wins, memang ada beberapa beberapa hal yang harus kita perhatikan. Pertama adalah bagaimana mengembalikan tingkat kepercayaan dari masyarakat. Kita punya armada yang cukup banyak tapi tidak memiliki kepercayaan dari masyarakat ya percuma,” ungkap Presiden Direktur Sriwijaya Air, Jefferson Irwin Jouwena di kantornya, Tangerang, Senin (20/1/2020).
Kedua, tim manajemen maskapai akan berusaha untuk mengembalikan jumlah armana yang ada dalam layanan saat ini ke jumlah normal.
Secara total, Sriwijaya Air memiliki 30 unit armada. Berakhirnya kerja sama manajemen (KSM) dengan Grup Garuda Indonesia pada awal November 2019 membuat jumlah pesawat yang tersedia dalam layanan menurun drastis menjadi 9 unit.
Pasca KSM, maskapai milik keluarga Chandra Lie ini berupaya bangkit. Saat ini, jumlah armada yang tersedia dalam layanan telah meningkat menjadi 14 unit. Jefferson mengatakan bahwa dijadwalkan pada akhir Januari 2020 akan ada tiga armada lagi yang akan masuk dalam layanan.
“(Kita berupaya) mengembalikan alat produksi ke level yang skala ekonomis. Sekarang ini memang masih belum optimal, tapi kita akan terus optimalkan,” ujar Jefferson.
Baca Juga:
Bos Sriwijaya Air: Kita Tidak Ingin Ada Musuh
Soal Perawatan Pesawat, Sriwijaya Bermitra dengan Partner Lain
Ketiga, Sriwijaya juga akan menghadirkan beberapa program untuk menarik kembali para pelanggannya.
“(Menarik pelanggan) dengan beberapa program, supaya customer aware bahwa cost Sriwijaya ini bukan seperti 3-4 bulan kemarin. Ini sudah berubah, dan mungkin akan lebih baik lagi,” imbuhnya.
Dari sisi rute, lanjutnya, kita juga akan mengevaluasi rute-rute potensial untuk kita tingkatkan frekuensinya atau kita buka penerbangan yang baru. Menurutnya, hal ini sesuai dengan program pemerintah yang ingin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
“Ini kita juga coba kerjasamakan dengan pemerintah. Nah ini tentunya kita menggandeng juga dengan partner-partner kita. Salah satu contoh, misalnya dengan charter flight kami ke Cina,” terangnya.
Dia menjelaskan, penerbangan carter bukan hanya melayani penerbangan rute Cina-Denpasar, tapi juga akan diperlebar ke sejumlah destinasi lain di dalam negeri.
“Kita coba mengajak mereka supaya jangan hanya Denpasar saja, coba yang lain lagi, misalnya ke Silangit, Jogjakarta, atau destinasi lain yang menjadi tujuan utama dari pemerintah untuk meningkatkan wisatawan,” paparnya.
Terkait dukungan terhadap program pemerintah tersebut, Sriwijaya juga berharap umpan balik dari pemerintah.
“Tentunya juga, harus ada kerja sama dengan pemerintah untuk mendukung supaya program ini bisa jalan. Jadi kita bisa membawa wisatawan, dan pemerintah berkontribusi supaya ini (layanan penerbangan) bisa berjalan dengan lancar,” tandasnya.