Terminal Multipurpose Wae Kelambu Pelabuhan Labuan Bajo Berupaya Tingkatkan Intensitas

Setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 14 Oktober 2021, Terminal Multipurpose Wae Kelambu Pelabuhan Labuan Bajo bakal terus dikembangkan dan menjadi pelabuhan logistik yang besar. Presiden berharap, dalam 10-15 tahun ke depan masih dapat digunakan mendistribusikan barang-barang logistik di NTT dan sekitarnya. Namun untuk berkembang, pelabuhan yang berada di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini harus bisa meningkatkan intensitas kapal yang menyinggahinya.

Disebutkan bahwa pengembangan pelabuhan dilaksanakan sesuai rencana induk pembangunannya sampai 20 tahun ke depan. Rencana Induk Pelabuhan Labuan Bajo tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 117 Tahun 2021.

“Prosesnya memang bertumbuh, sesuai petumbuhan pelabuhan, seperti dermaga yang sekarang berukuran 120 meter akan dikembangkan sampai 200 meter. Bagaimana Pelindo bisa mengakselerasi petumbuhannya. Nantinya bisa direvisi sesuai perkembangannya,” ujar Aries Wibowo, Kasubdit Tatanan dan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Direktorat Kepelabuhanan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan di Labuan Bajo, Selasa (23/11/2021).

Dalam kunjungan media ke Labuan  Bajo, yang diselenggarakan Biro Komunikasi dan Information Publik (BKIP) Kementerian Perhubungan, itu dipaparkan testing pembangunan Terminal Multipurpose Wae Kelambu. Seperti diungkapkan Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo, Hasan Sadili bahwa kajian pembangunannya dilakukan sejak Oktober 2019 dan pada Juli-Agustus 2020 mulai dibangun.

“Ada beberapa yang masih belum dibangun, seperti jaringan pipa curah cair, yang sebelumnya ada dalam rencana pembangunannya. Terminal bahan bakar minyak itu dibutuhkan karena untuk pengadaan BBM saat ini cukup jauh tempatnya. Namun apakah nantinya ada progres pembangunannya dari Pertamina atau anggaran pemerintah?” ucap Hasan.

Pembangunan Terminal Multipurpose Wae Kelambu menggunakan dana APBN dan BUMN. Pembangunan sisi laut dilaksanakan oleh PT Brantas Abipraya, sedangkan pembangunan infrastruktur dari sisi darat dikoordinasikan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan dilaksanakan oleh PT Wijaya Karya.

Sampai saat ini, fasilitas utama dari infrastruktur sisi laut yang telah dibangun, antara lain, dermaga 120×20 meter persegi, trestle 60×12 meter persegi, causeway 690×20 meter persegi dengan lebar jalan 10,5 meter. Sudah dibangun pula container yard seluas 3 hektare, gedung KSOP Kelas III Labuan Bajo 378 meter persegi, dan kolam pelabuhan yang dapat disandari kapal hingga berukuran 25.000 DWT.

Fasilitas pelabuhan pada sisi darat dilengkapi dengan power house, workshop, gate utama dan gate in/out, kantor operasional, signage, Base Transceiver Station (BTS), Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), gudang, masjid, serta fasilitas pendukung lainnya.

Ada usul dari Kantor Distrik Navigasi Kelas II Kupang, yang disampaikan Kepala Kantor, Wiji Santoso, agar wilayah Labuan Bajo memiliki Stasiun Radio Pantai (SROP) atau Vessel Tracking System (VTS) untuk telekomunikasi pelayaran. “Untuk menunjang keselamatan pelayaran, kami mengusulkan ada tempat untuk membangun SROP atau VTS itu,” katanya.


Terminal Multipurpose Wae Kelambu, yang dioperasikan Pelindo, fokus melayani lalu lintas logistik dan kegiatan bongkar muat komoditas, seperti peti kemas, general cargo, dan curah cair. “Untuk kegiatan peti kemas per bulan rata-rata tujuh kapal. Paling tinggi, kita bisa sampai 10 kapal; terjadi bulan Agustus,” ungkap Dimaz Yuliono, General Manager Pelindo Labuan Bajo NTT.

Dimaz menambahkan, untuk arus peti kemas di Labuan Bajo ini terbagi karena ada beberapa pelabuhan di sekitarnya. Namun ada kegiatan selain peti kemas, yaitu kegiatan curah dan general cargo. “Di sini ada komoditas semen dan beras. Total kegiatan curah kering itu sampai dengan Oktober mencapai 13.500 ton,” paparnya.

Sayangnya, kata Dimaz, jumlah kapal untuk kegiatan curah jauh lebih sedikit dibandingkan peti kemas, hanya satu sampai tiga kapal. “Jadi, intensitasnya perlu kita tingkatkan. Bagaimana pelabuhan ini bisa dipasarkan dari sisi pelayanannya serta fasilitas apa saja yang bisa kita berikan,” ucapnya.

Meningkatkan intensitas dengan memasarkan layanan pelabuhan bisa menambah pergerakan kargo. Inilah, kata Dimaz, yang bisa menjadikan Terminal Multipurpose Wae Kelambu sebagai gerbang logistik bagi Kabupaten Manggarai Barat.

Disampaikannya, Terminal Multipurpose Wae Kelambu mulai beroperasi sementara pada April 2021 dan sudah ada kegiatan. “Dibandingkan rencana kinerja perusahaan tahunan, kita sudah mencapai 101% untuk kegiatan peti kemas dan kunjungan kapal mencapai 186% dari target,” ungkap Dimaz.

Pelindo juga berharap bisa melayani terminal BBM. Nanti operatornya kerja sama Pelindo dengan Pertamina dan grupnya, Petrochemical Nusa. Untuk progres pembangunannya dari Pertamina, estimasi pada tahun 2022 dan target tahun 2023 mulai beroperasi. “Harapannya ke depan, pelabuhan ini semakin besar, sehingga mengembangkannya bisa sampai jangka panjang,” tutur Dimaz.

Foto: Indoaviation