Para insinyur Airbus telah mengembangkan model pesawat pertama dengan ujung sayap berengsel yang dapat “mengepak” ketika penerbangan berlangsung. Terobosan ini berpotensi merevolusi desain sayap pesawat di masa depan.
Airbus mengembangkan sayap yang disebut semi-aerolastic ini dengan menggali inspirasi dari desain alam. Inovasi ini bertujuan untuk mengurangi bobot sayap serta mengatasi efek turbulensi dan hembusan angin pada pesawat.
Model pesawat untuk diuji coba teknologinya dinamakan AlbatrossOne. Model pesawat ini dikendalikan dari jarak jauh lewat remote control dan telah melakukan penerbangan perdananya untuk menguji konsep sayap tersebut. Tim pengembangan Airbus akan melakukan pengujian lebih jauh sebelum maju ke tahap berikutnya.
“Sebelumnya, sayap pesawat berengsel baru ditemukan pada pesawat militer, yakni untuk menghemat ruangan ketika harus diangkut dalam kapal induk. AlbatrossOne adalah model pesawat pertama yang mengujicoba penggunaan ujung sayap berengsel saat terbang untuk meringankan efek turbulensi dan hembusan angin,” kata insinyur Airbus, Tom Wilson, di Filton, Bristol Utara, Inggris, Jum’at (5/7/2019) lalu.
“Kami mengambil inspirasi dari alam. Burung albatros yang berhabitat di laut akan mengunci sayapnya di bagian bahu ketika harus terbang jarak jauh, dan membuka kuncian tersebut ketika angin berhembus atau dirinya harus bermanuver,” sambung Wilson.
“Model pesawat AlbatrossOne akan mengkaji kegunaan sayap pesawat berengsel yang dengan leluasa bisa beradaptasi terhadap turbulensi secara otomatis saat terbang. Teknologi ini akan dapat meringankan beban di pangkal sayap, dan mengurangi kebutuhan akan wing box yang berat,” terangnya.