Terapkan Model Bisnis Baru, Garuda Terbuka Terima Usul Model Bisnis Lain yang Menguntungkan

Laba bersih operasional Garuda Indonesia selama periode kuartal pertama 2019 (Q1-2019) sebesar 19,73 juta dollar AS diperoleh dari model bisnis baru yang dilakukan perusahaan saat ini. Namun Garuda tidak menutup kemungkinan untuk secara terbuka menerima jika ada model bisnis lain yang lebih menguntungkan.

“Garuda terbuka menerima masukan dan usul kalau ada model bisnis lain karena revenu Garuda masih sangat kecil dan harus terus ditingkatkan kalau dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain,” ungkap Fuad Rizal, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia usai public expose di Garuda City Center, Cengkareng, Jumat (26/7/2019).

Menurut Fuad, pada Q1-2019 Garuda telah melakukan inisiatif-inisiatif untuk memperbaiki profitabilitas perusahaan. “Secara bertahap kita menaikkan harga rata-rata dan kita menggenjot produksi. Perbankan support kita. Sampai hari ini tak ada perbankan yang membatalkan dan semua pembayaran kepada kreditur selalu tepat waktu,” ujarnya.

Fuad menambahkan, peningkatan kinerja perseroan turut didukung oleh program efisiensi dan efektivitas yang berkelanjutan dan optimalisasi aspek struktur pembiayaan. Di samping itu juga dilakukan capacity adjustment pada produksi sesuai permintaan pasar, sehingga konsumsi bahan menjadi lebih terukur dan beban fuel expense juga dapat ditekan.

“Garuda tidak lagi terlalu memperhatikan utilitas pesawat terbang, tapi mengoptimalkannya sesuai demand,” ucap Fuad, seraya menambahkan, “Optimalisasi sesuai demand ini tak pukul rata untuk setiap rute. Kalau rute gemuk tetap dipertahankan. Namun kalau kurang peminat, secara bertahap frekuensinya dikurangi dan tak menutup kemungkinan ditutup. Semaksimal mungkin rute yang dioperasikan itu untung.”

Garuda, kata dia, terus membenahi rute-rute yang diterbanginya, terutama rute internasional. Fuad mencontohkan, rute Jakarta-London sudah tak ada lagi, tapi menjadi rute Denpasar-Medan-London.