Telah insiden kebocoran minyak dan gas (migas) di sekitar anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) yang terjadi sejak 12 Juli 2019 di Pantai Utara Jawa Karawang, Jawa Barat.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) bergerak cepat dengan mengirimkan tim ahli dan kapal patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) untuk membantu Pertamina mengatasi masalah tersebut.
Sebelumnya, Pertamina juga telah mengirimkan tim tanggap darurat dan pengerahan tim penanggulangan dalam insiden ini. Pertamina juga menerjunkan 7 tim ahli yang berasal dari berbagai sektor, namun hingga kini insiden tersebut belum berhasil diatasi.
Direktur KPLP, Ahmad mengatakan, sumur migas yang bocor ini terletak 2 km dari Perairan Pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat dan dioperatori PHE.
“Informasi mengenai kejadian ini memang baru disampaikan oleh Pertamina ke Ditjen Perhubungan Laut cq. Kantor KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu pada tanggal 18 Juli 2019. Kami sangat menyayangkan keterlambatan pelaporan tersebut,” ujar Ahmad.
Namun demikian, Ahmad mengatakan bahwa Ditjen Hubla bergerak cepat dengan berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan langkah-langkah penanggulangan insiden tersebut dan memastikan bentuk penanganannya sesegera mungkin.
Sementara itu, Kepala KSOP Kelas IV, Capt. Herbert Marpaung menerangkan bahwa pihaknya telah mengerahkan kapal patroli KNP. 355 ke lokasi kejadian. Berdasarkan informasi dari Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PPLP) Kelas I Tanjung Priok, kapal patroli KN. Jembio dan KN. Alugara juga dipersiapkan untuk diberangkatkan menuju lokasi kejadian.
“Setelah mendapatkan laporan dari PT. PHE pada tanggal 18 Juli 2019, KSOP Kepulauan Seribu segera mengaktifkan tim penanggulangan musibah tumpahan minyak, membentuk Pos Komando (Posko) dan mengistruksikan Terminal Khusus di wilayah kerja Kepulauan Seribu untuk bersiapsiaga dan memberikan bantuan terhadap insiden tersebut,” terang Herbert.
Hari Sabtu (21/7/2019) kemarin tim Ditjen Hubla juga telah melakukan peninjauan lapangan melalui udara bersama Tim PHE dan stakeholder terkait. Kemudian mereka menuju crisis center PHE ONWJ untuk berkoordinasi serta mendapatkan info lanjut tentang tahapan-tahapan penanganan tumpahan minyak, strategi penanganan platform dan strategi penutupan sumber kebocoran sumur.
Sebagai informasi, hingga tanggal 20 Juli 2019 pukul 19.00 WIB diketahui bahwa oil spill dari YYA terlihat di MM (Sepanjang 1 mile). Proses pembersihan oil spill masih berlangsung di Pantai Sedari sampai dengan Perbatasan Desa Cemara dan Tambak Sari.
“Pemerintah melakukan antisipasi di laut dan di darat untuk menghindari kejadian tak diinginkan, salah satunya menyiapkan oil boom untuk melokalisir sebaran tumpahan minyak di seputar lokasi kejadian. Oil boom ini nantinya akan menjadi barrier agar lumpur yang mulai tercampur minyak tak banyak mencemari laut,” Herbert.