Perawatan pesawat merupakan permasalahan Sriwijaya Air yang krusial. Terhentinya proses perawatan beberapa pesawatnya di Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia beberapa waktu lalu terkait utang yang diklaim Rp810miliar, membuat maskapai kekurangan armada operasionalnya. Penundaan bahkan pembatalan penerbangan pun kerap terjadi dan menurunkan kepercayaan pelanggannya.
Persoalan tersebut coba dipecahkan oleh jajaran direksi baru Sriwijaya Air, setelah putusnya kerja sama manajemen dengan Garuda Indonesia Group. “Kami menyadari bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Di dalam bisnis apapun kita juga tidak bisa hidup sendiri. Untuk ke depan, kita akan lihat bagaimana,” ucap Jefferson Jauwena, Direktur Utama Sriwijaya Air dalam media lunch & gathering di Gedung Sriwijaya Air di kawasan Cengkareng, Tangerang, Senin (20/1/2020).
Jefferson menambahkan, “Kalau memang masih terbuka pintu untuk bekerja sama (dengan GMF), kita akan kerja sama secara bisnis. Namun kami juga sudah membuka bentuk kerja sama dengan MRO lainnya. Ini kan manajemen risiko dari kami. Kita tidak mau semuanya itu ke satu pihak, tapi juga ke beberapa partner lain supaya bisa lebih baik lagi dari sisi maintenance. Jadi tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan pihak lain.”
Dijelaskan oleh Direktur Teknik Sriwijaya Air, Dwi Iswantoro, beberapa perusahaan MRO (maintenance repair overhaul) di dalam dan luar negeri dijadikan partner bisnisnya. “Untuk perawatan, kami juga menggunakan MRO yang lain selain GMF. Contohnya, Batam Aero Technic, MMF di Surabaya, dan MS Tech di Bandung. Itu yang di lokal. Kemudian di regional kita juga menggunakan MRO di Malaysia, Thailand, dan Singapura,” ujarnya.
Menurut Dwi, saat ini Sriwijaya Air sedang fokus pada pesawat-pesawat yang sedang dalam perawatan tapi terhenti dan kemudian dilanjutkan lagi di GMF. “Kami concern untuk melanjutkan itu agar alat produksi segera aktif kembali. Makanya target pada akhir Januari ini armada akan tambah tiga pesawat,” ucapnya.
Pada November 2019, ketika Sriwijaya Air Group dan Garuda Indonesia Group memutuskan kerja sama, armada Sriwijaya hanya sembilan pesawat dan NAM Air 11 pesawat. Saat ini, armada Sriwijaya bertambah menjadi 14 pesawat. Targetnya, sampai akhir Maret 2020, armada Sriwijaya 23 pesawat dan NAM Air 14 pesawat. Jenis pesawat yang dioperasikannya adalah Boeing 737-800NG, Boeing 737-900ER, Boeing 737-500, dan ATR 72-600.
“Kami sebelumnya punya enam unit Boeing 737-300, yang sejak 10 bulan lalu tak dioperasikan lagi. Rencana mau face out, tapi masih dikaji. Apa nantinya bisa jadi pesawat kargo? Masih dipertimbangkan,” tutur Dwi.