Assalamualaikum semua …
Soal Boeing 737 MAX masih belum usai. Baru-baru ini terdengar kabar kalau pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana mengecam penanganan Boeing atas dua kecelakaan yang terjadi pada dua pesawat produksinya yang dioperasikan Lion Air (JT610, 29/10/2018) dan Ethiopian Airlines (ET302, 10/3/2019). Katanya, waktu kecelakaan pertama, Boeing tergesa-gesa mengritik pilot Lion Air. Namun setelah terjadi kecelakaan kedua, Boeing meminta maaf.
Rusdi juga menuduh Boeing memperlakukannya sebagai “celengan”. Lion Air telah menghabiskan puluhan miliar dollar AS untuk pesanan pesawat Boeing dan menjadi salah satu maskapai beranggaran terbesar di Asia (Reuter, 16 April 2019).
Sebelumnya (15/4/2019) di akun @realDonaldTrump, Presiden AS ini menulis: Apa yang aku ketahui tentang branding (merek atau pencitraan), mungkin tidak ada (tapi saya memang menjadi Presiden!). Namun jika saya adalah Boeing, saya akan memperbaiki Boeing 737 MAX, menambahkan beberapa fitur hebat tambahan, dan rebrand (memberi merek baru atau mengubah citra) pesawat dengan nama baru. Belum ada produk yang menderita seperti ini. Namun sekali lagi, apa yang aku tahu?
Komentar lain menyuarakan, dampaknya pasti menuju unbrand (tidak bermerek) untuk brand Boeing. Hal ini yang belum juga disadari sampai saat ini. Alasannya, seorang pilot bicara, “Kalau pakai body masih yang sama, saya masih takut naik.”
Apakah rebrand atau unbrand? Silakan pilih. Namun yang berkomentar tadi bilang, sebaiknya usul Presiden Trump diikuti. Jadi pilihannya, “Tentunya rebrand dengan syarat dan ketentuan yang …”
Begitulah memang soal Boeing MAX itu. Masih banyak diperdebatkan, masih menarik dibicarakan. Sampai kapan? Barangkali ketika Boeing memberikan pernyataan pasti, apa yang ingin dan harus dilakukannya dengan mengingat 346 korban meninggal dunia dalam lima bulan akibat kecacatan produknya.
Foto: Reni