Setelah Rugi Triliunan, Tahun Lalu Angkasa Pura 2 Untung Rp 91-an Miliar

IndoAviation – Setelah mengalami kerugian hingga triliunan rupiah, PT Angkasa Pura II tahun lalu berhasil kembali memperoleh untung. Berapa keuntungannya?

Kinerja negatif Angkasa Pura II disebutkan terjadi akibat pandemi COVID-19 sejak awal 2020. Direktur Utama AP II, Muhammad Awaluddin, mengatakan pandemi COVID-19 merupakan tantangan paling berat sepanjang sejarah industri penerbangan dunia, bahkan melebihi dampak krisis minyak tahun 1972-1973, perang Iran-Irak pada 1981-1982, krisis Timur Tengah pada 1991-1992, peristiwa 9/11, SARS pada 2003-2004, dan krisis keuangan pada 2008-2009,.

Menurutnya, di tengah pandemi COVID-19, jumlah penumpang pesawat menukik tajam sejalan dengan adanya pembatasan perjalanan di seluruh dunia.  Penumpang pesawat pada 2020 dan 2021 mengalami penurunan hingga hanya sekitar 40 persen dari realisasi pada 2019 saat belum ada pandemi.

Lanjut Muhammad Awaluddin, kondisi pada 2022 lebih baik, sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi, di mana jumlah penumpang pada tahun itu mencapai sekitar 70 persen dari 2019.

Adanya perbaikan kondisi pada 2022 itu, katanya, AP II dan para stakeholder mampu mengelola tumbuhnya permintaan penerbangan pada 2022.

“Lalu lintas penerbangan pada awal 2022 sudah menunjukkan tren positif, tetapi masih di bawah 2019 saat belum ada pandemi. Karena itu AP II menjalankan strategi lain guna mendorong pemulihan bisnis,” ungkap Muhammad Awaluddin.

Strategi Angkasa Pura II mempercepat pemulihan bisnis adalah pemanfaatan aset melalui tiga program yakni:

  1. Asset Optimization Program (brown field asset),
  2. Asset Acceleration Program (asset under construction)
  3. Asset Utilization Program (green field asset)

Strategi pemanfaatan aset dijalankan pada 2022. Dengan strategi ini pendapatan dari sisi konsesi naik 28 persen dibandingkan 2021, lalu bisnis hotel naik 71 persen, dan bisnis lounge meroket 224 persen. Peningkatan pendapatan dari pemanfaatan aset ini berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan bisnis non-aeronautika.

Pada 2022, pendapatan bisnis non-aeronautika AP II tercatat Rp4,26 triliun atau lebih besar dibandingkan dengan bisnis aeronautika sebanyak Rp4,14 triliun.

Adapun sumber pendapatan bisnis aeronautika sebesar 73 persen berasal dari jasa pelayanan penumpang pesawat.

“AP berhasil mengembangkan bisnis non-aeronautika, sebagaimana operator-operator bandara kelas dunia lainnya. Pendapatan terbesar AP II saat ini berasal dari bisnis non-aeronautika sehingga tidak hanya bergantung pada jumlah penumpang pesawat. Ini membuat AP II dapat lebih tahan terhadap kondisi seperti pandemi yang berdampak pada penurunan lalu lintas penerbangan,” jelas Muhammad Awaluddin.

Laba bersih meningkat

Total, sepanjang 2022 pendapatan AP II tercatat Rp8,41 triliun atau meningkat signifikan 54,55 persen dibandingkan 2021 sebanyak Rp5,44 triliun.

Tumbuhnya pendapatan ini mendorong kinerja positif, di mana sepanjang 2022 AP II berhasil mencetak laba usaha Rp934,11 miliar dari sebelumnya negatif Rp2,52 triliun. Pencapaian ini kemudian membawa AP II berhasil mencetak laba bersih Rp91,90 miliar dari sebelumnya negatif Rp3,79 triliun.

“Kami optimistis pada 2023 laba bersih akan kembali meningkat,” ujar Muhammad Awaluddin yakin.