Reuni Ex-AirCrew Merpati: Mengenang Memori yang Tak Pernah Ingkar Janji

IndoAviation – Ratusan mantan kru penerbangan (ex-aircrew) maskapai Merpati Nusantara Airlines bernostalgia. Reuni yang penuh makna karena diadakan beberapa hari setelah Presiden Joko Widodo meneken peraturan pemerintah “kematiannya”.

Pembubaran maskapai pelat merah Merpati tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2023 tentang Pembubaran Perusahaan Perseroan PT Merpati Nusantara Airlines. Ditandatangani Presiden Jokowi pada 20 Februari 2023.

Pembubaran Merpati tak lepas dari putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 5/Pdt.Sus Pembatalan Perdamaian I 2022/ PN. Niaga Sby Jo Nomor 4/Pdt.Sus-PKPU/20l8/PN.Niaga Sby tanggal 2 Juni 2022.

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Merpati Nusantara Airlines lantas dinyatakan pailit. Merpati yang lahir 6 September 1962 itu memang sudah berhenti operasi sejak Februari 2014.

Nasib Merpati terkatung-katung karena tidak ada kejelasan status perusahaannya. Bahkan gaji karyawan dan utang kepada mitra kerjanya pun tidak dibayar. Sampai akhirnya, terealisasi “ketok palu” pembubarannya awal 2023 ini.

Melepas kangen para ex-aircrew Merpati di Jakarta. Foto: IndoAviation

Terlepas dari itu, mantan karyawan Merpati, khususnya eks kru penerbangannya, merasa bersyukur masih bisa berkumpul dan bernostalgia. Ada yang sudah 10 tahun, bahkan 20 tahun, tak pernah bertemu, akhirnya bisa bertemu kembali.

“Cukup sulit juga mengumpulkan teman-teman untuk reuni ini. Malah dikira gak akan jadi. Namun pada akhir-akhir jelang waktunya, banyak yang daftar,” ujar Capt. Arie Susanto, Ketua Panitia Reuni Ex-AirCrew Merpati di sela-sela acara reuni itu di Jakarta, Sabtu (25/2/2023).

Ternyata memang banyak eks kru penerbangan Merpati yang hadir. “Hampir 700 orang hadir dan mereka cukup antusias dan senang,” kata Capt. Guntur Siregar, Penasehat Panitia Reuni Ex-AirCrew Merpati.

Hadir pula beberapa mantan direktur utama dan manajemen Merpati. Antara lain, Soeratman, mantan dirut tahun 1970-1980-an dan Ridwan Fataruddin, mantan dirut tahun 1990-an.

Capt. Arie Susanto (kiri) dan Capt. Guntur Siregar senang bisa mewujudkan reuni yang dihadiri ratusan ex-aircrew Merpati. Foto: IndoAviation

“Kami senang dengan banyaknya peserta yang hadir dan saling melepas kangen. Walaupun Merpati sudah gak ada, tapi rasa kekeluargaan kami tidak akan putus,” tutur Tuti Mujiarti, Wakil Ketua Panitia Reuni Ex-AirCrew Merpati.

Kata Capt. Prasetyo, peserta reuni, panitia bekerja dengan begitu baik, sehinga reuni berjalan dengan meriah. “Panitia ini jangan bubar ya. Tetap jadi panitia untuk reuni berikutnya,” ujarnya, yang ditanggapi dengan penuh antusias oleh para pilot dan awak kabin eks Merpati itu.

Sebelumnya, reuni serupa walaupun tidak semeriah kali ini di Jakarta, pernah diadakan di Malang dan Yogyakarta. Kapan reuni berikutnya? “Belum tahu juga. Lihat saja nanti bagaimana,” ucap Capt. Guntur.

Mengenang apa yang pernah para pilot dan awak kabin, juga kru penerbangan lainnya, rasakan itu tentulah mengundang nostalgia. Ditayangkan pada acara reuni tersebut, bagaimana dulu pesawat-pesawat Merpati membawa penumpang dan mengudara.

Penerbangan Merpati dikenang masyarakat, khususnya di Papua. Foto: IndoAviation

Jembatan Udara Nusantara adalah julukannya. Siapa kira, Merpati yang identik dengan transportasi udara di Papua dan penerbangan di pelosok-pelosok Indonesia itu tak lagi mengangkasa.

Orang Papua bilang, “Naik Merpati,” kalau mereka terbang naik pesawat udara. Namun sekarang Merpati “tak punya janji lagi”. Walaupun memori mereka, juga para ex-aircrew Merpati “tak pernah ingkar janji”.

Capt. Adityawarman (kedua dari kanan) dan Capt. Esther Gayatri Saleh didaulat memberikan testimoni bagi Merpati. Foto: IndoAviation

Dengar saja memori Capt. Adityawarman, yang disampaikannya pada reuni itu.
“Waktu itu saya terbang  Wamena-Jayapura. Ternyata ada yang bawa tawon. Tawon-tawon itu lepas dan terbang ke area yang terang. Masuklah mereka ke kokpit. Saya bilang kepada kopilot, kalau saya disengat, take over saja, ya.”

Satu lagi, “Ini juga pengalaman unik. Waktu terbang
Jayapura-Biak, pramugari masuk ke kokpit. Ada buaya, katanya. Rupanya ada kargo yang isinya buaya dan masuk ke kabin,” cerita Capt. Adityawarman.

Capt. Esther Gayatri Saleh, test pilot PT Dirgantara Indonesia (PTD), juga didaulat untuk memberikan testimoni bagi Merpati. Pada 1987-1995, ia memang terbang di Merpati untuk meraih captaincy-nya.

“Saya dibimbing oleh senior pilot sambil tetap bisa berkarya di PTDI. Banyak hal yang saya pelajari dan itu tak akan pernah saya lupakan,” ucapnya.

Capt. Esther juga percaya, pesawat CN235 yang diterbangkannya di Merpati dan masih diterbangkannya sampai saat ini di PTDI, masih terus bisa terbang dan diproduksi. “Saya bangga jadi bagian dari ex-aircrew Merpati,” ujarnya.

Sebagian mantan awak kabin yang hadir. Foto: IndoAviation