Bukan lagi sekadar penyedia infrastruktur penerbangan, pada era ini penyelenggara atau pengelola bandar udara fokus memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pengguna jasanya. Salah satu upaya untuk meningkatkan layanan dan mencapai standar global, bandara dipacu untuk meraih akreditasi dari Airport Council International (ACI).
PT Angkasa Pura (AP) I, yang terus berupaya meningkatkan standar layanan di 14 bandaranya, berhasil meraih akreditasi ACI di 10 bandaranya. “Ini pertama di Indonesia dan merupakan upaya kita untuk terus meningkatan pelayanan. Suatu pencapaian yang luar biasa,” kata Faik Fahmi, Direktur Utama AP I dalam media gathering di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Kesepuluh bandara itu adalah Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali, Bandara Internasional Juanda di Surabaya, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan di Balikpapan, Bandara Internasional Ahmad Yani di Semarang, Bandara Internasional Adi Soemarmo di Solo, Bandara Internasional Sam Ratulangi di Manado, Bandara Internasional Lombok, Bandara Internasional El Tari di Kupang, dan Bandara Pattimura di Ambon.
Masih empat bandara lagi, yakni Bandara Syamsuddin Noor di Banjarmasin, Bandara Frans Kaisiepo di Biak, Bandara Internasional Adi Sutjipto di Yogyakarta, dan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, yang belum mendapat akreditasi ACI itu. Alasannya, kata Direktur Pemasaran dan Pelayanan AP I Devy Suradji, terminal bandara Syamsuddin Noor akan dipindahkan dan diresmikan pada November 2019. Bandara di Biak yang sepi penerbangan, rencananya akan digandengkan dengan Bandara Sentani, yang sedang dikaji untuk dikelola AP I. Sementara dua bandara di Yogyakarta masih dalam pembenahan dan yang baru akan diresmikan pada akhir tahun ini.

“Akreditasi itu penting, apalagi jika kita ingin bermitra dengan pengelola bandara-bandara lain yang sudah memiliki standar global. Kita gunakan standar global dari ACI untuk bisa dibandingkan dengan negara lain di dunia,” ujar Devy. Selama ini, kata dia, kiprah AP I di dalam negeri cukup kuat dan sekarang saatnya untuk berkiprah di kawasan regional bahkan dunia
Disampaikan juga oleh Faik, AP I sudah bermitra dengan pengelola Bandara Internasional Incheon, Seoul, Korea Selatan. Kemitraan ini untuk merambah kiprahnya dalam mengelola bandara di Kuwait dan di Jeddah. “470 karyawan kita akan didik secara khusus untuk belajar di Incheon Airport. Kita perlu banyak belajar dari mereka,” ucapnya, seraya menambahkan, “Untuk go global, kita tak independen dulu. Sambil belajar menggandeng partner lain yang kuat. Ini juga sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kapabilitas SDM.”
Faik juga mengatakan, AP I sedang sibuk meningkatkan kapasitas seluruh bandaranya. Kalau sekarang ini kapasitas 14 bandaranya 96 juta penumpang, tahun 2023 kapasitasnya mencapai 130 juta penumpang per tahun. Jumlah ini belum termasuk kalau ditambah dengan bandara-bandara yang akan diambulalih dari pemerintah atau pengelola lain.

Di samping itu, bandara-bandara AP I juga sedang dipercantik, baik tampilan luar maupun di bagian dalam terminal. Investasinya tahun ini Rp17,5 triliun untuk memperbaiki seluruh bandara AP I. “Tahun 2020, seluruh bandara AP I wajahnya sudah berubah. Namun tentu harus dibarengi juga dengan peningkatan kualitas layanannya. Saya optimis bisa kita jalankan,” tutur Faik.
Perbaikan dan pengembangan, juga percantikan, seluruh bandara AP I merupakan upaya untuk meningkatkan perdapatan dari non-aeronautika. Sekarang ini komposisinya 45% non-aeronautika dan 55% dari aeronautika. Pendapatan aeronautika sampai Juni 2019 menurun 2,6%, tapi dari non-aeronautika naik 9%. Trafik penumpang dan pesawat juga menurun 19%. Namun pendapatan keseluruhan persero masih naik 2,7%.
“Kita harus terus memelihara bahkan meningkatkan layanan dan mencapai standar global dengan meraih akreditasi ACI. Kalau tidak bisa mempertahankannya, akreditasi itu bisa dicabut,” ungkap Devy.