Tiga Program Strategis Nasional (PSN), yakni proyek PUNA Elang Hitam, N219 Amfibi, dan Rudal Nasional menjadi target yang akan dituntaskan oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero)/PTDI dalam masa pandemi ini.
“Tahun 2019, PTDI untung Rp150milliar. Adanya pandemi, loading kami hanya 40 persen. Namun tahun ini, PTDI masih terus melanjutkan tiga PSN itu. PUNA Elang Hitam target terbang perdananya pada akhir tahun 2021. Sementara pesawat N219 Amphibi (N219A) dan Rudal Nasional rencananya akan mendapatkan sertifikasi tahun 2024,” ujar Elfien Goentoro, Direktur Utama PTDI dalam siaran pers, Senin (30/8/2021).
Elfien mengatakan,
bidang pertahanan dan keamanan akan diisi dengan pengembangan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Elang Hitam. Bersama dengan konsorsium, PTDI akan melanjutkan pengembangan PUNA jenis medium altitude long endurance ini ke tingkat kombatan sesuai arahan Presiden untuk menjaga teritorial Indonesia di area perbatasan.
PUNA Elang Hitam dapat beroperasi secara otomatis dan memiliki daya tahan terbang 24 jam. Dikembangkan bersama dalam suatu konsorsium nasional yang melibatkan PTDI sebagai lead integrator, PT Len Industri (Persero), LAPAN, Balitbang Kementerian Pertahanan, Dislitbang Angkatan Udara, Pothan Kemhan, BPPT, dan ITB.
Tentang N219A, menurut Elfien, pesawat ini dibutuhkan untuk memangkas keberadaan pembangunan infrastruktur landasan udara atau bandara. “Juga akan mempercepat pertumbuhan sektor pariwisata karena bisa landing di kawasan pantai pulau wisata yang dituju wisatawan,” ucapnya.
Bersama konsorsium Prioritas Riset Nasional (PRN), saat ini sedang dilakukan pengembangan floater (sepasang kaki pelampung) untuk pesawat N219A. Kemudian floater akan dipasang di bawah badan pesawat sebagai pengganti roda pendarat. Dengan demikian, pesawat ini pun dapat lepas landas dan mendarat di permukaan air.
Sementara itu, program Rudal Nasional dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) bagi TNI.
Dijalankan secara konsorsium, yakni oleh PTDI sebagai lead integrator, PT Len Industri (Persero), PT Pindad (Persero), dan PT Mulatama. Konsorsium mengembangkan rudal (surface to surface) untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Elfien pun mengatakan, selain menuntaskan tiga PSN itu, PTDI juga masih menyelesaikan beberapa kontrak berjalan, baik dari pelanggan dalam negeri maupun luar negeri. Dari dalam negeri, di antaranya adalah pemenuhan kontrak sembilan unit helikopter Bell 412EPI TNI AD. Hingga saat ini, PTDI sudah menyerahkan lima unit.
Pesanan lain yang segera akan diserahkan adalah satu pesawat NC212i kepada Kemenhan untuk TNI AU. Ini pesawat kedua yang dikirimkan dari sembilan unit yang dipesan. Ada juga penyelesaian kontrak satu pesawat CN235 dengan Kemenhan untuk TNI AL, yang target penyerahannya pada kuartal pertama tahun 2022.
Untuk pelanggan luar negeri, saat ini sudah dimulai proses produksi untuk pemenuhan kontrak satu pesawat NC212i yang dipesan MOAC Thailand.
Menurut Elfien, PTDI menjalankan bisnis aerostruktur melalui kerja sama strategis dengan industri penerbangan global, seperti Airbus Group, Bell Helicopters, dan Spirit Aerosystems. “PTDI juga sedang menyusun peta konsep pengembangan bisnis MRO. Nantinya bisnis MRO dapat dijadikan sebagai recurring income PTDI,” ungkapnya.
Foto: PTDI