Pesawat Supersonik

Assalamualaikum semua …

Agus Santoso, mantan Dirjen Perhubungan Udara yang sekarang jadi Widyaswara di Kementerian Pehubungan, dengan penuh semangat mengatakan kalau saat ini dunia sudah mulai memasuki era pesawat supersonik. Dia mengucapkan hal itu di Singapore Airshow 2018 pada Februari lalu di Singapura.

New aircraft technology menjadi isu pembahasan karena beberapa saat lagi pesawat supersonik akan meramaikan penerbangan komersial dunia, melanjutkan program yang terhenti pada era pesawat supersonik Eropa, yaitu Concorde,” kata Agus.

Saya pun kembali teringat, atas kebaikan Wisnubroto yang waktu itu sebagai Wakil Ketua Panitia Indonesia Air Show (IAS) 1996 di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, saya diajak naik Concorde. Kenapa saya diajaknya?

Penerbangan Concorde itu sebagai hadiah ulang tahun BJ Habibie dan panitia menyediakan lima doorprize bagi pengunjung IAS. Rupanya hanya dua pengunjung yang mendengar pengumuman pemenang, tiga kursi lagi buat siapa ya? “Ah, kursi Concorde itu salah satunya buat Reni saja,” begitu kata Wisnubroto pada saya, setelah kami mendarat.

Dengan izin Allah swt, saya pun terbang bersama 99 penumpang lain dalam kabin Concorde yang ramping. Sekitar satu jam terbang, sang pilot mengumumkan bahwa kami berada di atas Perth, Australia. Satu jam kemudian, kami balik lagi ke Soekarno-Hatta.

Hm, satu jam lebih dari Jakarta ke Perth memang mencengangkan karena kalau dengan penerbangan Boeing 787 Dreamliner misalnya, bisa lebih dari empat jam. Kecepatan Concorde yang Mach 2,04 atau 2.179km/jam seperti kecepatan pesawat jet tempur.

Begitulah kalau pesawat supersonik nanti bisa beroperasi komersial pasca Concorde yang pensiun pada tahun 2003. Concorde yang dioperasikan British Airways dan Air France itu terbang perdana 2 Maret 1969 dan terbang terakhir 24 Oktober 2003.

Siapkah Indonesia menyambutnya? Pasti, insya Allah!

Foto: concordesst.com