IndoAviation – Dinamika bisnis dan ekonomi serta baru pulihnya perekonomian nasional pascapandemi membuat PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI harus cermat dalam mengidentifikasi dan mendorong mesin-mesin pertumbuhan bisnis yang telah siap untuk melakukan ekspansi.
Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga dan BNI mampu mengoptimalkan pendapatan dari ekosistem bisnis nasabah, sehingga pencapaian laba dapat berkesinambungan. Demikian disampaikan Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini dalam siaran pers, Selasa (18/4/2023).
Novita memaparkan, kinerja pertumbuhan kredit BNI pada kuartal I 2023 didorong oleh segmen korporasi swasta yang tumbuh 21,2% year-on-year (YoY) menjadi Rp234,0triliun.
Diikuti oleh segmen enterprise atau large commercial yang meningkat 13,2% YoY menjadi Rp52,2triliun dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 7,8% YoY menjadi Rp50,1triliun.
Sementara itu, segmen konsumen secara keseluruhan tumbuh 11,9% YoY menjadi Rp113,4triliun. Personal loan, yang meningkat 19,2% YoY menjadi Rp44,5triliun, dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang tumbuh 8% YoY menjadi Rp54,5triliun, sebagai mesin pertumbuhannya.
BNI juga melihat debitur yang terdampak pandemi mengalami pemulihan. Hal ini berdampak positif pada portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19, yang hingga akhir kuartal I-2023 tersisa Rp45,8triliun atau hanya mencapai 7,3% dari total kredit. Angka ini jauh menurun dari kuartal I-2022 yang mencapai 12% dari total kredit.
Penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi, seperti restoran, hotel, tekstil, dan konstruksi. Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih.
“Kami sangat bersyukur bahwa portofolio kredit restruktursasi terdampak pandemi mengalami penurunan. Penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi dan mengindikasikan bisnis debitur mulai pulih,” kata Novita.
Disampaikannya pula bahwa selain pertumbuhan bisnis yang selektif dan berkualitas, penting bagi perseroan untuk menjaga tingkat likuiditas dan permodalan yang memadai.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sehat, terutama dari Current Account Saving Account (CASA), mampu membawa BNI menjaga posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) stabil di level 85,4%.
Indikator kecukupan likuiditas lainnya, seperti Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) juga berada di posisi yang sangat kuat, jauh di atas ketentuan regulator.
Tingkat kecukupan permodalan terus meningkat dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,6% atau naik 230 bps secara tahunan.
“Kecukupan likuiditas dan permodalan perseroan ini menjadi bekal penting untuk terus tumbuh dengan tetap memiliki ketahanan yang kuat dalam mengantisipasi risiko masa depan serta menjaga kepercayaan nasabah dan seluruh stakeholders,” kata Novita.