Pendapatan Kecil, Maskapai Filipina Minta Suntikan Dana dari Pemerintah

filipina

Perusahaan maskapai penerbangan yang beroperasi di Filipina meminta dukungan yang lebih cepat dan agresif dari pemerintah. Pasalnya, penerbangan kembali tersendat pada bulan ini, sehingga pendapatan yang dihasilkan tidak banyak.

Philippine Airlines, Cebu Air, dan AirAsia Filipina hanya mampu menerbangkan sekitar 10 persen hingga 15 persen dari jadwal penerbangan mereka. Meskipun, ada permintaan dari para pelancong yang terlantar dan pekerja migran yang kembali. Demikian bunyi pernyataan resmi perusahaan, seperti disitir dari Bloomberg, Sabtu (20/6/2020).

CEO AirAsia Filipina, Ricardo Isla mengatakan, kekhawatiran yang berkepanjangan atas Covid-19 telah membuat setengah bandara regional ditutup. Sementara bandara lainnya membatasi penerbangan hanya sekali dalam sepekan.

Sebagian besar infeksi Covid-19 di Filipina berada di pusat perjalanan utama Metro Manila dan Kota Cebu.

Sementara itu, Vice President Philippine Airlines, Jose Enrique Perez de Tagle mengatakan, proses persetujuan pemerintah daerah yang panjang dan berubah-ubah telah memaksa pembatalan penerbangan di menit-menit terakhir.

“Sementara tempat karantina yang penuh sesak di wilayah ibu kota telah menyebabkan pembatasan pada kedatangan internasional,” ujarnya.

Maskapai ini dilaporkan juga telah memulai kembali penerbangan ke Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, dan Jepang.

Kepala Komunikasi Cebu Air, Rosario Logarta-Lagamon mengatakan hal tersebut menjadi proses yang membosankan. “Kami tidak akan mengakhiri masalah penumpang yang terdampar jika kami tidak menambah frekuensi hari ini,” kata dia.

Maskapai penerbangan di seluruh dunia telah mengalami kesulitan ketika penerbangan dihentikan dan negara-negara menutup perbatasan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Hal ini mendorong pemerintah untuk memberikan bantuan kepada industri.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan Covid-19 akan berdampak pada pendapatan Filipina sebesar US$4,5 miliar dan merumahkan hampir 550.000 pekerjaan tahun ini.

Asosiasi Transportasi Udara negara itu menggantungkan harapannya pada Kongres untuk meloloskan stimulus senilai 1,3 triliun peso atau US$26 miliar pada Agustus.

Stimulus ini akan menawarkan jaminan kredit, fasilitas pinjaman, dan keringanan biaya untuk maskapai.

“Menyediakan akses ke modal lebih mendesak dan lebih murah daripada proposal pemerintah terpisah yang akan memungkinkan pemberi pinjaman negara untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang tertekan,” terang Wakil Ketua Asosiasi, Roberto Lim.

Dia menjelaskan, dibutuhkan waktu untuk mengatur lembaga keuangan pemerintah, kemudian membuat perusahaan melakukan uji tuntas dan proses penilaian. “Itu bukan solusi untuk likuiditas, yang merupakan masalah hari ini,” katanya

Sambil menunggu dukungan pemerintah, Cebu Air sedang melakukan negosiasi ulang dengan Airbus untuk pengiriman empat pesawat baru tahun ini.

Sementara itu, Philippine Airlines sedang mengkaji apakah mereka dapat menunda pesanan tujuh hingga delapan pesawat baru yang semula dijadwalkan pada 2023, kata para pejabat.

Sementara itu, Isla mengatakan penawaran umum perdana AirAsia Filipina, tidak mungkin dilakukan dalam dua tahun ke depan dan pesanan tiga hingga lima pesawatnya akan ditunda hingga 2021.