Assalamualaikum semua …
Penerbangan carter di Indonesia memiliki peluang besar untuk bertumbuh. Maka penyelenggaraan IBCAS (International Business & Charter Association Summit) yang berlangsung di Jakarta 29-30 Agustus 2018 membuka banyak peluang tersebut.
Pemerintah juga memberikan dukungan dengan berbagai kemudahan dan aturan-aturan yang dikembangkan, juga membuka destinasi-destinasi potensial. Kepala Seksi Kerjasama Multilateral Direktorat Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Aflaha Asri Nugraheni menjabarkan peluang-peluang itu, sebagai berikut.
Pertama, sebagai taksi udara bagi para eksekutif perusahaan;
Kedua, alat transportasi untuk VIP;
Ketiga, alat transportasi di perkotaan;
Keempat, masih menjanjikan di sektor perminyakan dan pertambangan;
Kelima, angkutan pariwisata, baik di darat maupun perairan atau laut;
Keenam, evakuasi medis atau medivac;
Ketujuh, alat transportasi udara perintis untuk penumpang dan kargo.
Kenyataannya, saat ini penerbangan carter masih belum tumbuh. Kala kegiatan di sektor migas menurun, penerbangan carter sebagai pendukungnya pun menurun pula. Rintisan untuk angkutan perkotaan seperti Helicity belum membuahkan hasil sesuai target. Namun pengelolanya masih tetap optimis, ke depan peminatnya bakal meningkat.
Pengguna penerbangan carter memang masih segelintir pengusaha multinasional, yang sebagian besar memiliki armadanya sendiri. Pertumbuhan yang cukup signifikan adalah pada middle class income, yang merupakan pasar potensial transportasi udara reguler. Mereka senang bepergian dan menjadikan wisata sebagai kebutuhan dan gaya hidup.
Dari tujuh poin tadi, poin kelima dan ketujuh memiliki potensi yang sangat menjanjikan. Dengan pemerintah giat memajukan sektor pariwisata, penerbangan carter, baik dengan fixed wing maupun rotary wing, harus siap. Sementara untuk penerbangan perintis, setiap tahun operasionalnya tetap berjalan. Pekerjaan rumahnya adalah armada pesawatnya harus bertambah serta sistem pengelolaan dan operasionalnya dibenahi.