Biaya logistik yang masih tinggi, yakni 23% dari GDP, di Indonesia terkait dengan berbagai sektor, salah satunya operasional di pelabuhan. Pelabuhan memang memiliki peran untuk mengefisiensikan biaya logistik nasional dalam aspek transportasi kapal dan inventory carrying cost (ICC).
Bagaimana cara PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) sebagai pengelola pelabuhan memperbaiki biaya logistik? “Sependek mungkin waktu sandar kapal di pelabuhan atau port stay. Itu caranya. Untuk itu dilakukan tranformasi di beberapa pelabuhan, seperti di terminal peti kemas (TPK) Ambon, kapal di pelabuhan dari tiga hari menjadi satu hari,” kata Arif Suhartono, Direktur Utama PT Pelindo pada Journalists Gathering di Museum Maritim Indonesia, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Dari data yang dihimpun Pelindo, digambarkan biaya logistik dari beberapa negara dengan kisaran 8-15%. Biaya logistik di Singapura dan AS 8%; Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan 9%; India dan Malaysia 13%; serta China 15%. Di Indonesia yang biaya logistiknya 23%, dirinci lagi kontribusinya, yakni dari inventori 8,9%, transportasi darat 8,5%, transportasi laut 2,8%, serta administrasi dan lainnya 3,5%.
Setelah merger Pelindo, beberapa peningkatan juga terjadi. “Dari sisi arus kapal, kita tumbuh 1% dibandingkan tahun 2021, yang jumlahnya juga sudah naik dari tahun 2020. Ini sudah ke level tahun 2019. Begitu juga arus peti kemas yang 17 juta bisa di-handle tahun ini. Intinya, ada perbaikan perekonomian di Indonesia,” ujar Arif.
Kinerja operasional Pelindo pada kuartal pertama tahun 2022 terjadi peningkatan. Arus kapal 283 juta GT naik 1%, arus peti kemas 4,2 juta Teus naik 2%, arus barang 37 juta ton naik 11%, dan arus penumpang 2,5juta orang naik 169%. Sementara kinerja keuangannya memperoleh pendapatan Rp7, 1 triliun dengan laba usaha Rp1,6 triliun dan laba bersih Rp670 miliar.

Sebelumnya dipaparkan oleh Group Head Manajemen Integrasi Pelindo, Budi Pratomo bahwa dari sisi transformasi pelabuhan, hampir semua pelabuhan melakukan standarisasi layanan dan teknologi informasi (IT). Salah satu inisiatif strategis yang sedang diimplementasikan adalah standarisasi operasional pelabuhan di Indonesia. “Transformasi ini berdampak pada peningkatan produktivitas bongkar muat dan penurunan port stay,” ujarnya.
Standarisasi operasional pelabuhan yang dilakukan mencakup empat aspek. Yakni penataan tata letak pelabuhan, pola operasi berbasis planning & controlling, penerapan budaya keselamatan (safety culture), serta pembenahan standard operational procedures (SOP) & job orders.
“Saat ini, Pelindo mengelola pelabuhan di 33 provinsi, kecuali di Yogyakarta, dengan 88 pelabuhan,” kata Budi.
Foto: Pelindo