Midway (2019): Potret Nyata Pertempuran di Midway

Battle of Midway

Rangkaian pertempuran yang mengelilingi peristiwa Pearl Harbor memang tak akan pernah habis dikulik untuk dituangkan ke dalam berbagai media seperti film. Pertempuran Midway atau Battle of Midway yang terjadi pada 4-7 Juni 1942, salah satunya. Pertempuran yang menentukan Perang Pasifik tersebut kali ini difilmkan oleh sutradara Roland Emmerich. Sutradara ini antara lain dikenal melalui film Independence Day (1996), Godzilla (1998), dan The Day After Tomorrow (2004).

Menyaksikan film Midway (2019) mau tak mau membandingkan dengan film-film lain yang berkisar di era perang yang sama. Satu hal yang memberi nilai berbeda (kalau boleh dibilang lebih), romantisisme perang dalam film Midway kali ini tidak ‘dinodai’ romantisisme percintaan seperti dalam Midway versi tahun 1976 atau Pearl Harbor (2001).

Tidak seperti Midway (1976) yang memanfaatkan potongan film dokumentasi untuk menggambarkan aksi pertempuran, Midway (2019) cukup percaya diri menggunakan teknik CGI yang memang memberikan keuntungan. Terutama dalam menyesuaikan gambaran di layar dengan keinginan Sang Sutradara. Hasilnya, walaupun tak dipungkiri kadang CGI yang ditampilkan sedikit berlebihan dan kadang terkesan seperti tampilan game, film Midway cukup memberi ilustrasi pertempuran yang memanjakan mata para penggemar aksi heroik dalam sebuah pertempuran. Terutama pertempuran udara.

Terlepas dari kekurangan dan kelebihan sebuah film, Midway (2019) berhasil menunjukkan bagaimana sebuah pertempuran di era perang konvensional memiliki greget tersendiri dalam hal aksi heroik. Apalagi jika mengingat teknologi yang digunakan belum secanggih sekarang.

Midway (2019) secara maksimal menampilkan berbagai alutsista yang berperan dalam Pertempuran Midway, dan beberapa momen yang erat kaitannya dengan Pertempuran Midway. Seperti, Serangan Pearl Harbor (7 Desember 1941), Doolittle Raid yang dikenal juga sebagai Tokyo Raid (18 April 1942), dan Pertempuran Laut Karang atau Battle of the Coral Sea (4-8 Mei 1942). Mulai dari kapal induk, pesawat, hingga persenjataannya.

Primadonanya, tetap Douglas SBD Dauntless, pesawat pengintai dan pengebom AL Amerika. Sebagaimana tertulis dalam sejarah, Pertempuran Midway memang menjadi ajang eksistensi pesawat Douglas SBD Dauntles. Dalam Midway (2019) para penggemar pesawat dapat menyaksikan peran besar Dauntless dalam melumpuhkan armada Jepang seperti Kapal Induk .

Di Pertempuran Midway inilah Dauntless yang menyandang predikat SBD sebagai Scout Bombing Dive mendapatkan julukan SBD; “Slow but Deadly”. Kemampuan mematikan ini dibuktikan Dauntless dengan mengungguli pesawat Mitsubishi A6M Zero Jepang yang sesungguhnya memiliki kecepatan melebihi Dauntless. Sosok penerbang di balik keberhasilan Dauntless yang ditonjolkan oleh Emmerich adalah Lt. Dick Best (Ed Skrein). Tokoh nyata ini adalah komandan Bombing Squadron 6 yang berpangkalan di Kapal Induk USS Enterprise.

Sosok Best digambarkan memiliki karakter yang kuat dan percaya diri, bahkan cenderung over PD. Setidaknya, itu yang digambarkan oleh Sang Sutradara. Bayangkan, mungkinkah di masa itu (atau kapan pun), seorang penerbang bisa lolos begitu saja setelah dengan sengaja melakukan aksi yang membahayakan pesawat pada saat tidak dibutuhkan?

Midway (2019) menggambarkan bagaimana Pertempuran Midway membuktikan bahwa posisi unggul dalam sebuah pertempuran tidak hanya ditentukan oleh kekuatan maupun kualitas alutsista dan personel yang dimiliki, melainkan juga ditentukan oleh kemampuan intelijen yang mumpuni. Sisi ini ditampilkan melalui tokoh intelijen Lt. Comm. Edwin Layton (Patrick Wilson). Tokoh intelijen ini juga didukung oleh tim code-breaker di bawah pimpinan Joseph Rochefort (Brennan Brown). Sosok Rochefort sebagai code-breaker, digambarkan sedikit unik, tipikal karakter seorang yang jenius.

Peran para pengurai sandi tersebut mungkin tertutup oleh kepahlawanan para penerbang bomber yang aksinya memang nyata-nyata mempertaruhkan nyawa. Akan tetapi tanpa para code-breaker tersebut, tak akan ada strategi pertempuran yang terarah dan tepat sasaran. Berkat keahlian mereka ditambah siasat yang pas, pihak Amerika mampu menentukan target Jepang berikutnya; Midway. Dengan sasaran yang sudah pasti, Adm. Chester Nimitz (Woody Harrelson) pun mengerahkan Armada Pasifik AS ke Midway untuk menyergap Armada Jepang. Selain USS Enterprise dan USS Hornet, kapal induk USS Yorktown ikut bergabung usai proses pemulihan yang dikebut setelah mengalami kerusakan dek dalam Pertempuran Laut Karang.

Kemunculan Armada Amerika yang melancarkan serangan berhasil mengejutkan sekaligus mengungguli Armada Jepang. Armada Jepang setidaknya terdiri dari empat kapal induk; Akagi, Kaga, Soryu, dan Hiryu. Seain aksi menegangkan Best dalam upaya melumpuhkan Akagi dan Hiryu, Midway (2019) juga memotret aksi heroik sosok-sosok lain yang sebelumnya luput dari sorotan. Seperti, (Aviation Machinist Mate Firs Class) Bruno Gaido dan Komandan Torpedo Squadron 6 Lt. Cmdr. Eugene Lindsey (Darren Criss), dan Commander of the Air Group) Enterprise Lt. Comm. Wade McClusky (Luke Evans).

Dari sisi Jepang, Midway (2019) tidak ketinggalan menampilkan perwira-perwira Jepang yang berperang dengan penuh kebanggaan. Di antaranya, Admiral Isoroku Yamamoto (Etsushi Toyokawa), Tamon Yamaguchi (Tadanobu Asano), dan Chuichi Nagumo (Jun Kunimura).

Bagi Anda pencinta film perang, Midway (2019) layak masuk dalam daftar film yang harus ditonton. Bahkan jika Anda merasa sudah cukup banyak menonton film perang dengan latar belakang Serangan Pearl Harbor, film ini tetap memiliki nilai tambah. Terutama dari segi fakta yang dihadirkan. Jika ini belum cukup, setidaknya Anda bisa menikmati aksi berbagai perangkat perang. Tidak hanya pesawat, tapi juga persenjataan seperti Senapan mesin Browning (dual mounted) pada SBD Dauntles atau Browning M2 Aircraft yang mempersenjatai pesawat B-25 Mitchell Kol. James Doolittle (Aaron Eckhart).