Menteri Luhut: World Water Forum Tonggak Terpenting Menuju 2023 Atasi Masalah Air Global

IndoAviation – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengajak seluruh pihak untuk mengatasi permasalahan air global dengan bersama-sama mengidentifikasi hal-hal yang kita miliki.

“Mari kita mengidentifikasi tantangan dan kekuatan, serta mengeksplorasi opsi dan mencari pendekatan terbaik untuk mengatasi masalah air global,” ajak Luhut dalam penutupan Kick-Off Meeting World Water Forum (WWF) ke-10 di Jakarta Convention Center, Kamis (16/2/2023).

Kata Luhut, eksplorasi opsi dan pendekatan itu pada setiap tema, inovasi teknologi, kerja sama global, dan berbagi informasi, serta mengamankan komitmen politik. Ini untuk mengatasi masalah air global, khususnya memastikan ketersediaan dan pengelolaan berkelanjutan air dan sanitasi.

Luhut yang juga Ketua Panitia Nasional Penyelenggara WWF ke-10 itu menyampaikan, dalam satu dekade terakhir, permintaan air global meningkat 1% setiap tahun. Ini seiring dengan peningkatan populasi, perkembangan ekonomi, perubahan pola konsumsi, dan perubahan iklim, yang terus tumbuh secara signifikan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menjadi Ketua Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, Indonesia, tahun 2024.

Pada Kick-Off Meeting 15-16 Februari 2023 itu, Luhut menjelaskan tentang tiga proses identifikasi isu-isu penting yang akan dibahas di WWF ke-10 tahun 2024.

Disampaikannya, sejak Kick-Off Meeting dilangsungkan, telah berjalan proses tematik, regional, dan politik untuk mendiskusikan dan menemukan solusi realistik dan inovasi, serta rencana implementasi dalam waktu dekat.

“Forum ini dapat dianggap sebagai salah satu tonggak terpenting menuju tahun 2030 dan seterusnya. Tujuannya untuk mewujudkan ketahanan air untuk semua,” ujar Luhut.

Dengan tema “Water for Shared Prosperity”, WWF berkontribusi secara signifikan terhadap realisasi Sustainable Development Goals (SDGs).

Ada tiga proses yang berjalan pada hari kedua Kick-Off Meeting WWF ke-10 itu, yakni proses tematik, regional, dan politik.

Dalam proses tematik, berlangsung diskusi yang dibagi dalam enam subtema: Water for Humans and Nature; Water Security and Prosperity; Disaster Risk Reduction and Management; Cooperation and Hydro Diplomacy; Water and Innovative Finance; dan Knowledge and Innovation.

Untuk proses regional dibagi dalam dua kelompok, yakni kawasan Asia Pasifik dan Mediterania. Di sini dibahas tentang masalah air skala regional yang terkait dengan iklim, cuaca, laut, sungai lintas batas, dan sebagainya.

Dalam mengatasi permasalahan regional, dibutuhkan kolaborasi dan komitmen untuk menurunkan prioritas air dan membuat jaringan kerja sama.

Proses politik untuk kepala negara, pemerintah daerah, menteri, anggota parlemen, dan pengambil keputusan, juga telah mulai dijalankan. Dilakukan untuk mendorong komitmen politik dalam mendukung solusi, menciptakan forum internasional untuk tindakan nyata, dan membangun kesepakatan kerja sama internasional.

Presiden World Water Council, Loïc Fauchon menyampaikan apresiasi kepada Indonesia selaku tuan rumah yang semakin siap untuk memimpin berbagai proses dalam mengatasi tantangan air dunia.

“Indonesia adalah negara besar. Komunitas internasional harus banyak belajar dari pengalaman dan keahlian Indonesia dalam menanggapi tantangan pengelolaan air. Indonesia akan menjadi ibu kota perairan internasional selama 15 bulan ke depan, hingga Mei 2024,” ujar Loïc.

Loïc juga mengajak semua yang terlibat untuk terus mendukung keberlangsungan WWF ke-10. “Kita sekarang bersama-sama berdampingan sebagai rekan untuk menunjukan kepada dunia bahwa dalam gelaran Kick-Off Meeting ini kita telah memulai langkah untuk berhenti mengabaikan air!” jelas Loïc.

Bali secara resmi diputuskan sebagai tuan rumah pada WWF ke-9 di Dakar, Senegal, pada 19 Maret 2022. Perolehan suaranya adalah 30 dari total 36 suara Dewan Gubernur (Board of Governors) World Water Council.

Selaku tuan rumah WWF ke-10, Indonesia mengangkat tema “Water for Shared Prosperity” dengan melihat kondisi global saat ini yang menghadapi tantangan ketersediaan air bersih di banyak negara.

Indonesia berkomitmen memperkuat kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dalam mencapai target SDG 6, yaitu terkait hak atas air bersih dan sanitasi.