Assalamualaikum semua …
Kaki ini menjejak juga di tiga bandar udara negara-negara Baltik: Latvia, Lithuania, dan Estonia, pada pertengahan Oktober 2018. Bandara-bandara mungil, yang punya nilai etnik dan estetika seperti negaranya, tapi dengan arsitektur modern bergaya futuristik.
Pertama, saya menjejakkan kaki di Bandara Internasional Riga (RIX), sesuai dengan nama ibukota Latvia, Riga. Penerbangannya hanya sekitar satu setengah jam dengan Airbus A320 Aeroflot dari Bandara Internasional Sheremetyevo (SVO) di Moskow.
Kemudian kaki ini menginjak juga Bandara Internasional Vilnius (VNO), nama yang sama dengan nama ibukota Lithuania. Dari Vilnius saya terbang ke Bandara Internasional Tallinn, nama bandara ini juga sama dengan nama ibukota Estonia. Penerbangannya dengan Embraer E190 Air Baltic hanya satu setengah jam saja.
Pergerakan penumpang di ketiga bandara itu sekitar dua jutaan orang, lebih sedikit dari penumpang di Bandara Internasional Husein Sastranegara (BDO) di Bandung yang sekitar empat juta orang, misalnya. Namun ketiga bandara itu lebih besar dari Husein.
Saya memang senang mengamati bandara, walaupun hanya sebagai penumpang yang areanya terbatas. Sangat suka kalau saat berjalan di terminal bandara bisa melihat aktivitas pesawat terbang. Ada yang parkir, taxiing, bahkan yang lepas landas dan mendarat. Belum lagi jika terlihat aktivitas ground handling di apron.
Begitu pula waktu berjalan menuju area boarding di tiga bandara itu. Sempat terlihat pesawat yang mengudara, sementara yang parkir ada beberapa pesawat dengan livery yang baru kali itu saya lihat, seperti maskapai Air Baltic dan S7 dari Siberia. Dari terminal, saya belum pernah melihat penumpang yang berjalan di apron untuk menuju terminal atau pesawat. Umumnya mereka menggunakan garbarata atau kendaraan bus.
Menikmati bandara itu menyenangkan. Apalagi jika sewaktu kita berada di sana, “rasa” bandaranya memang terasa; bukan seperti sekadar di mal apalagi terminal bus. Bandara memang harusnya mengesankan.