Assalamualaikum semua …
Beberapa tahun belakangan ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbanghub) kerap memublikasikan hasil-hasil penelitiannya. Perannya sudah mulai makin dibutuhkan untuk mengembangkan transportasi nasional.
Ada empat moda transportasi yang menjadi bagian dari Balitbang Perhubungan, yakni darat, laut, udara, dan kereta api, serta multimoda. Kelima bagian inilah yang menjadi objek untuk penelitian dan survei sebagai bahan kajian bagi pengembangan transportasi nasional. Khususnya bagi pengembangan program yang dilakukan direktorat-direktorat di Kemenhub.
Pada 26 Oktober 2018, saya berbincang dengan Kepala Pusat Litbang (Puslitbang) Transportasi Udara Moh Alwi di Bandung. Waktu itu, Puslitbang Udara mengadakan Focus Group Discussion (FGD) tentang Bandara Internasional Kertajati. “Bandara yang megah dan luas ini akan mubazir jika tidak segera dilakukan langkah-langkah strategis untuk mengoptimalkan operasionalnya. Inilah contohnya, kenapa FGD dilakukan,” ucapnya.
Bukan cuma itu, tahun 2017 sudah dilakukan pula kajian tentang pemilihan pesawat udara untuk hub and spoke agar tidak ada lagi disparitas harga di Papua. Untuk penerbangan di pegunungan Papua memang tidak asal mengoperasikan pesawat udara, tapi juga membutuhkan insentif. “Kami membuat kajiannya, kemudian hasilnya dilaporkan ke Dirjen Perhubungan Udara dan Menteri Perhubungan. Ada saran dan kesimpulan dari hasil kajian itu, yang nantinya apa yang tepat bisa diimplementasikan.”
Alwi menjelaskan, ada lima aspek yang tercakup dalam kegiatan litbang-nya, yakni mengenai kebandarudaraan, angkutan udara, keamanan penerbangan, kenavigasian, dan pengoperasian pesawat udara. Bentuk dukungan Puslitbang Udara adalah dengan mengkaji simpton atau akar permasalahannya. “Sakitnya apa, kami cari melalui penelitian dan survei. Kemudian kami melakukan FGD untuk menghimpun masukan-masukan,” kata Alwi. Dari masukan-masukan tersebut dibuatlah rekomendasi dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Puslitbang Udara saat ini memiliki 39 personel bidang program dan engineering dengan 18 peneliti (utama, madya, pratama). Untuk melakukan penelitian dan kajian, pihaknya juga menggandeng pihak lain, seperti dengan ITS (Institut Teknologi Surabaya). Hasil kajian bersama dengan ITS menelorkan wind share detector, yang sudah diuji di Bandara Trunojoyo, Sumenep, akhir November 2018. Di samping itu sedang dibuat pula peralatan standing water untuk mencegah terjadinya kecelakaan di landasan yang tergenang air tidak lebih 3mm.
Alwi memberi tahu kalau Balitbanghub akan membangun laboratorium di lahan 5 hektare di kawasan STPI Curug. Nama Balitbanghub juga akan diganti menjadi Badan Pengkajian dan Kebijakan Teknologi Inovasi Nasional dengan peran yang lebih inovatif. Namun ketika hal ini ditanyakan kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, jawabannya adalah “Kurang efektif memiliki laboratorium sendiri dan apalah arti sebuah nama.”
Apapun yang terjadi kemudian, sampai saat ini Alwi ingin terus mengembangkan transportasi udara nasional lewat kiprahnya di Puslitbang Udara. Profesional di bidang hydromechanical systems and power plant pesawat udara ini memang sudah berkiprah di Ditjen Perhubungan Udara sejak tahun 1980-an. Dia pun sempat menjadi direktur dua direktorat, yakni Angkutan Udara (8 Desember 2014-6 Oktober 2015) serta Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (6 Oktober 2015-13 Oktober 2016).
Kiprahnya sewaktu menjadi direktur DKPPU membuahkan prestasi meningkatkan kategori keselamatan penerbangan dari FAA menjadi Kategori I. Dia pun ikut andil dalam proses meningkatkan skor hasil audit keselamatan dari ICAO dan dicabutnya larangan terbang dari Uni Eropa. “Saya mendapat penghargaan pada Hari Perhubungan 2018 dari Menteri Perhubungan. Keselamatan penerbangan itu tidak murah. Mahal sekali karena bukan hanya dilihat dari domestik tapi juga internasional,” ujarnya.
Jadi, Alwi menegaskan, “Apa yang dilakukan selayaknya melalui kajian terlebih dulu dan di Puslitbang Udara ini menarik karena bisa melakukan research and development untuk kajian-kajian itu.”