Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa ibukota baru mau sukses dibangun, maka transportasi menjadi hal yang penting. Pihaknya pun akan berupaya untuk mewujudkan sistem transportasi yang baik untuk mewujudkan cita-cita itu.
“Dalam diskusi kecil, kita harus melakukan yang terbaik agar semua orang bersemangat hadir di kota baru (ibukota baru) itu. Dalam diskusi kami beberapa saat yang lalu bersama beberapa tokoh-tokoh dan menteri, ada beberapa ide yang dimunculkan. Apabila kota ini akan sukses, tentu transportasi menjadi hal yang sangat penting,” kata Budi di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Karena, lanjut Budi, kita tahu bahwa dalam dunia properti sesuatu menjadi strategis karena lokasi, lokasi dan lokasi. Menurutnya, lokasi itu bisa dicapai dengan aksesibilitas yang namanya transportasi. “Jika lokasi itu tidak bisa dicapai dengan aksesibilitas yang bagus, maka itu dari awal ketidakberhasilan kita menciptakan suatu kota, suatu tempat yang berharga,” ungkapnya.
Budi mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur transportasi di ibukota baru yang terletak di wilayah provinsi Kalimantan Timur ini sangat memperhatikan isu lingkungan. Transportasi di ibukota baru akan dibangun dengan mengedepankan transportasi massal yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan yang diterjemahkan dalam konsep “Smart City, Smart Mobility”.
“Mengingat Kalimantan Timur sebagai paru-paru dunia. Ibukota baru di desain sebagai Forest City yang mengusung konsep modern, smart dan green city, memakai energi baru dan terbarukan, dan tidak bergantung pada energi fosil. Desain kota harus menjaga keseimbangan antara tata guna lahan, sistem transportasi, dan laju pertumbuhan penduduk,” paparnya.
Kata Budi, aksesbilitas merupakan hal utama penentu keberhasilan terbangunnya suatu ibukota baru. Pasalnya di ibukota baru ini, para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan masyarakat yang nantinya akan bermikim berharap tidak menemui kemacetan dan polusi yang menggangu kesehatan.
“Tugas dari kita (pemerintah) agar merencanakan dengan baik. Yang terpenting dalam membangun kota itu adalah aksesbilitas. Hal tersebutlah yang menjadi kunci keberhasilan semuanya,” ucap dia.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor menyebutkan bahwa pihaknya telah menyiapkan area seluas 366.000 hektar untuk pembangunan ibukota baru. Dia mengatakan, di kota baru itu, nantinya akan ada kawasan hutan lindung di dalamnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perhubungan, Sugihardjo menjelaskan, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan transportasi di ibukota baru. Pertama, pergerakan di dalam kota dan kedua, pergerakan konektivitas regional (antarkota/antarwilayah).
“Kita optimalkan bandara yang ada baik bandara Balikpapan maupun yang di Samarinda. Di Balikpapan nanti kapasitas terminalnya jadi 30.000 penumpang dan runway-nya menjadi 3250 x 60 meter. Di Bandara Samarinda juga ditingkatkan kapasitasnya menjadi 20.000 penumpang untuk pergerakan masyarakat umum. Sedangkan untuk pergerakan tamu negara nanti akan ada bandara khusus agar tidak menggangu penerbangan regular,” paparnya.
Untuk angkutan laut, di Kalimantan Timur memiliki beberapa pelabuhan seperti Pelabuhan Semayang, Pelabuhan Kariangau dan Pelabuhan Kaltim Kariangau Terminal (KKT). Sehingga bisa dijadikan tempat distribusi logistik, bisa juga membangun teluk yang ada di sana dengan pendekatan smart and eco friendly.
“Lokasi (ibukota baru) yang ditetapkan ini ada teluk Balikpapan. Di seluruh Kalimantan yang paling ideal untuk pelabuhan itu Balikpapan. Kalau Pontianak ada pendangkalan, kalau dipinggir laut itu ombaknya tinggi. Teluk itu ombaknya tidak ada. Ini akan menjadi distribusi logistik baik di Semayang, Kariangau, KKT,” tandas Sugihardjo.