Menampilkan Dinamika Pekerja Bandara Incheon Lewat Drama

Assalamualaikum semua …

Cerita di balik operasional Bandara Internasional Incheon di Seoul membuat saya antusias menonton drama Korea (drakor) kali ini. Judulnya “Yeowoo Gaksibyeo” atau dalam bahasa Inggris “Where Stars Land”, drakor yang menggambarkan Bandara Incheon tahun 2018, ketika Terminal 2 dioperasionalkan.

Setiap berganti episode, kemegahan bandara utama di Korea Selatan pada malam hari itu sungguh menarik. Pesawat terbang-pesawat terbang di bandara disebutnya sebagai bintang-bintang yang mendarat dan lepas landas.

“Ayah menyebutnya fox bride star,” kata Han Yeo-Reum, tokoh utama wanita yang menjadi pekerja bagian layanan penumpang di Bandara Incheon.

“Fox Bride Star” menjadi judul lain dari drakor yang cukup detail menggambarkan dinamika pekerjaan di bandara tersebut. Bandara yang disebutnya melayani 1.000 pergerakan persawat dan 200.000 penumpang per hari dengan 60.000 pekerja bandara itu memerlukan pelayanan prima dari para pekerjanya.

Bagaimana bagian strategi dan perencanaan, bekerja sama dengan bagian transportasi, layanan penumpang, kemanan, dan komersial, termasuk ATC atau pemandu lalu lintas udara, untuk layanan terbaik bandara. Walaupun kerja sama itu disertai konflik masing-masing kepentingan.

Bagaimana petugas layanan keamanan dan penumpang menangani ancaman bom. Bagaimana pula penanganan yang solid dilakukan, terutama terhadap keselamatan penumpang, ketika maskapai Air Africa mendarat dengan satu mesin terbakar karena bird strike.

Beberapa kasus yang ditampilkan mengingatkan akan kejadian-kejadian dan kondisi di bandara-bandara besar di Indonesia. Ada penumpang yang marah karena dilarang membawa botol air minun sehingga menimbulkan keributan dengan petugas aviation security. Ada juga soal transportasi liar, paspor palsu, dan ketidaktertiban para tenant, juga keributan lain yang seringkali terjadi di bandara.

Drakor tersebut mengemas keberadaan bandara dengan sajian menarik. Tak heran jika Incheon tampil sebagai bandara yang siap dengan layanan terbaik. Kenyataannya, Bandara Incheon memang kerap menggeser Bandara Changi di Singapura sebagai bandara terbaik di dunia.

Kita punya Bandara Soekarno-Hatta yang kesibukannya tak kalah dari Bandara Incheon. Namun kita tidak pernah tahu, bagaimana para pekerja di bandara melakukan tugasnya 24 jam dengan profesionalitasnya. Seringkali yang kita dengar adalah hal-hal atau berita yang negatif. Betapa kita kurang menghargai apa yang sudah kita capai.

Kabar pencapaian atau prestasi bandara memang bukan hanya dari rilis atau jumpa wartawan. Banyak kreasi dan inovasi yang selayaknya bisa kita tampilkan untuk menyampaikan apa saja yang sudah dicapai bandara-bandara di Indonesia.

Kalau di Korea, drakor memang sudah mendunia. Dari drakor bisa dilihat apa pun pencapaian yang diraih negara ginseng itu. Kalau kita, bagaimana bisa menampilkan prestasi positif bandara kita?

Foto: Korea Tourism Organization