Masyarakat Sudah Ramai Bepergian, Bus Angkutan Umum dan Pariwisata Masih Sepi Penumpang

Dalam beberapa minggu belakangan, masyarakat sudah ramai bepergian dan kembali melakukan perjalanan ke luar kota. Salah satu indikasinya, pada libur Idul Adha pada akhir Juli 2020, jalan tol Jakarta-Bekasi padat kendaraan sampai terjadi kemacetan.

Namun di antara kendaraan-kendaraan itu, hanya segelintir bus angkutan umum, bahkan nyaris tidak ada yang menggunakan bus pariwisata. Mereka menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan carter pelat hitam. Inilah yang membuat para pengusaha otobus (PO) “menjerit”.

“Masyarakat belum kembali naik angkutan umum, khususnya bus. Ini yang menjadi masalah di angkutan AKAP (AntarKota AntarProvinsi). Bus pariwisata juga paling menderita,” ujar Kurnia Lesani Adnan (Sani), Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) dalam Diskusi Online (Diskon) Naik Bus Aman dan Nyaman yang diselenggarakan Forum Wartawan Kementerian Perhubungan (Forwahub), Jumat (14/8/2020) malam.

Menurut Sani, masyarakat sudah membiasakan diri terkait pandemi, tapi kebijakan pemerintah bagi angkutan umum belum maksimal, yang berdampak pada operator bus.

Ketua Perkumpulan Transportasi Wisata Indonesia (PTWI) Yuli Sayuti menambahkan, “Kami yang terdampak langsung. Terdapat lebih kurang 1.200 perusahaan angkutan wisata dengan belasan ribu kendaraan, yang saat ini sekitar 90 persen mati suri. Akhir-akhir ini pandemi tidak menyusut malah bertambah, yang mengakibatkan kami makin terpuruk, bahkan terjadi PHK.”

Karena itulah, kata Sayuti, pihaknya meminta stimulus dari pemerintah. “Akan terjadi juga penarikan kendaraan oleh pihak pembiayaan. Saya mohon suara kami bisa didengar pemerintah.
Kalau kemarin mendapatkan relaksasi penangguhan pembayaran cicilan selama enam bulan dari Maret hingga September dan Oktober, kami mohon berika relaksasi untuk enam bulan selanjutnya,” ucapnya.

Menurut dia, kalau relaksasi tak berlanjut, sekitar 70 persen usaha angkutan wisata akan kolaps. “Biarkan kami hidup kembali dan bangkit kembali. Bukalah objek wisata yang bisa memberikan jalan keluar bagi kami.”

Cahyo Handoko dari PT Adinata Nuria Trans menjelaskan, sampai saat ini, uji coba wisata belum membuahkan hasil. Namun ia mencontohkan proses pemulihan pariwisata di Salatiga, Jawa Tengah.

“Bupati dan Polres Salatiga mendukung untuk beroperasinya bus wisata kopi. Sejak 12 Juli sampai dengan 12 Agustus sudah tercatat ada 1.800 penumpang yang sudah naik bus dengan tempo waktu satu hari tiga trip. Peran pemerintah memang sangat penting dalam mendukung pulihnya pariwisata,” tutur Cahyo.

Para pengusaha bus tersebut menyampaikan bahwa aman dan sehat naik bus di tengah pandemi Covid-19 ini. “Kami sebagai PO sudah menerapkan protokol kesehatan di dalam bus. Di bus-bus, kami lakukan penyemprotan disinfektan secara rutin sebelum beroperasi,” kata Sani.