Kerugian PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (“GMF”, Kode Emiten: “GMFI”) sudah ditekan 70% pada Tahun Buku 2021menjadi 94,5juta dollar AS dari sebelumnya 311,3 juta dollar AS. Meski demikian, karena masih mencatat kerugian, GMF tidak membagikan deviden.
Demikian disampaikan Direktur Utama GMF, Andi Fahrurrozi kepada media secara virtual, usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2021 di Jakarta, Jumat (2/8/2022). RUPST GMF dihadiri oleh 25.443.017.741 suara atau 90,12% pemegang saham.

Dalam pengesahan Laporan Tahunan Tahun Buku 2021, selain menekan kerugian, juga membukukan pendapatan usaha 210,6 juta dollar AS. Pendapatan ini merupakan hasil dari upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi covid-19.
Langkah pemulihan berkelanjutan itu, antara lain, upaya diversifikasi bisnis yang dicanangkan tahun 2020, seperti pada segmen industri pertahanan dan power services. Hasilnya pada Desember 2021, GMF mendatangkan dan melakukan perawatan pesawat
Hercules C130 milik TNI Angkatan Udara.

Segmen power services dan industri pertahanan pun mencatatkan pendapatan yang meningkat lebih dari 100% dibandingkan tahun sebelumnya. “Upaya pemulihan sangat ditopang oleh penetrasi pada sektor-sektor yang tidak terlalu terdampak pandemi, di antaranya power services, industri pertahanan, business & private jets, serta perawatan pesawat kargo,” jelas Andi.
Disampaikannya pula bahwa volume pekerjaan perawatan berat meningkat, terutama dari pesawat kargo luar negeri. “GMF mencanangkan visi baru, yakni menjadi perusahaan MRO yang paling bernilai bagi pemangku kepentingan,” ujar Andi, seraya menyebut bahwa GMF turut mencatatkan perbaikan earnings before interest, tax, depreciation, amortization (EBITDA) yang signifikan pada tahun 2021.
“Tahun 2021 adalah momentum pembenahan komprehensif untuk mempertahankan likuiditas dan meningkatkan kinerja fundamental keuangan,” ungkap Andi.
Di sisi lain, menggeliatnya penerbangan sipil dunia juga membuka peluang bagi GMF untuk melakukan reaktivasi pada pesawat-pesawat yang berstatus grounded. Salah satunya Garuda Indonesia, yang setelah selesainya proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), merancang langkah bisnis perbaikan kinerja. Hal ini perlu didukung oleh GMF dengan menyiapkan armada Garuda agar kembali dapat dioperasikan secara optimal.
“Untuk saat ini, permintaan reaktivasi dari Garuda Indonesia Group, khususnya pesawat berbadan kecil, menjadi prioritas kami dan telah memenuhi seluruh slot yang ada pada fasilitas hanggar kami,” ujar Andi.
Slot hanggar GMF ternyata penuh hingga akhir tahun 2022. Selain oleh armada Garuda Indonesia Group, juga dikontribusi oleh perawatan pesawat Boeing 747, yang mayoritas permintaannya dari pelanggan internasional.
GMF pun melakukan ekspansi dan investasi, yang sampai semester pertama 2022, mencapai 43.000 dollar AS. Investasi ini untuk pembaruan peralatan dan penambahan fasilitas hanggar.
RUPST juga mengubah susunan pengurus GMF. Pemegang saham yang hadir menyetujui pengangkatan kembali Maria Kristi Endah Murni sebagai komisaris. Sementara direksi, ada dua orang yang diganti, yaitu Jaka Ari Triyoga yang digantikan oleh Mukhtaris sebagai Direktur Line Operation dan Edward Okky Avianto digantikan oleh Salusra Satria sebagai Direktur Keuangan.
Susunan pengurus GMF hasil keputusan RUPST hari ini (2/9/2022), sebagai berikut. Komisaris Utama: Rahmat Hanafi; Komisaris Independen: Ali Gunawan, Gatot Sulistiantoro Dewa Broto, dan Agit Atriantio; Komisaris: Maria Kristi Endah Murni. Direktur Utama: Andi Fahrurrozi, Direktur Keuangan: Salusra Satria, Direktur Human Capital & Corporate Affairs: Pudjo Sarwoko, Direktur Line Operation: Mukhtaris, Direktur Business & Base Operation: Ananta Widjaja.
Foto: Indoaviation