Marak Layanan Ride Hailing, Sony Hadirkan Aplikasi S.Ride Untuk Taksi di Jepang

Layanan ride hailing yang tengah marak di Jepang membuat Sony mau tidak mau ikut memasuki segmen yang berbasis aplikasi ini. Seperti kita ketahui, Sony merupakan perusahaan yang terkenal dengan produk elektronik seperti ponsel pintar, kamera hingga konsol permainan.

Sony menghadirkan aplikasi S.Ride untuk layanan taksi hailing-nya yang berbasis di Tokyo, Jepang. Aplikasi ini baru diluncurkan di Tokyo pada 17 April lalu.

Menukil KabarPenumpang.com (20/4/2019), valuewalk.com mewartakan (17/4/2019) bahwa inisial  huruf ‘S’ pada aplikasi S.Ride bukanlah akronim dari Sony, melainkan merujuk pada kata simple, smart and speedy.

“Dengan satu slide, Anda dapat memanggil taksi terdekat dari jaringan taksi terbesar di Tokyo, dan ini adalah layanan pengiriman taksi yang dapat Anda turunkan segera dengan pra-menunggang, pembayaran bersih di dalam mobil, atau pembayaran kode QR,” tulis perusahaan dalam siaran pers.

Perusahaan taksi Jepang yang mengadopsi aplikasi ride hailing buatan Sony adalah Minna no Taxi (Bahasa: Taksi Semua Orang), yang berdiri tahun lalu. Minna no Taxi sendiri merupakan perusahaan patungan antara Sony Corporation, Sony Payment Services dan beberapa perusahaan taksi Jepang.

Saat ini baru ada lima operator taksi, termasuk dua operator terbesar Tokyo, Daiwa dan Kokusai. Minna no Taxi memiliki lebih dari 10 ribu mobil untuk ride calling service (naik layanan memanggil). Jumlah armada tersebut merupakan yang terbesar di ibukota Jepang.

Aplikasi S.Ride menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk berkoordinasi dengan pengemudi dan mengarahkan mereka ke daerah dengan permintaan puncak. Karena aplikasi ini mengandalkan layanan taksi yang ada, pembayaran dilakukan dalam bentuk uang tunai, kartu kredit, atau kode QR melalui dompet digital.

Namun demikian, kehadiran S.Ride belum direncanakan akan diperluas keluar dari Jepang. Kehadiran aplikasi taksi hailing buatan Sony membedakan dari dua kompetitornya, Uber dan Lyft. Sebab, Jepang tidak mengizinkan pengemudi nonprofesional untuk menawarkan layanan taksi dengan alasan keamanan. Di samping itu, perusahaan yang memanggil taksi hanya diperbolehkan untuk menawarkan layanan yang cocok dengan pengguna taksi yang menggunakan platform seluler.

“Jelas bagi saya bahwa kita perlu memikirkan kemitraan dan khususnya kemitraan dengan industri taksi,” ujar Kepala Eksekutif Uber, Dara Khosrowshahi kepada investor di Tokyo beberapa bulan lalu.