Larangan dan pembatasan (latas) impor spare part atau onderdil pesawat udara di Indonesia persentasenya masih 47 persen. Sementara di Malaysia, persentasenya 17 persen lebih rendah ketimbang di Indonesia.
Demikian diungkapkan Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja kepada awak media usai temui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2019) sore.
“Selama ini Indonesia masih mempunyai larangan dan pembatasan ini sampai dengan 47 persen dari semua impor spare part yang digunakan oleh penerbangan. Sementara di negara-negara lain seperti di Malaysia lebih rendah 17 persen (dari Indonesia),” terang Denon.
Sebagai pucuk pimpinan asosiasi perusahaan penerbangan nasional, Denon menyampaikan hal itu kepada Airlangga agar jajaran kementerian di bawah koordinasinya bisa membantu mengecilkan besaran persentase impor tersebut. Dengan demikian, menurut dia industri penerbangan nasional bisa tumbuh lebih baik.
“Pada prinsipnya pak menko support, menerima masukan dari kita, terutama tentang latas. Karena saya pikir latas ini adalah perlu dukungan dari beberapa kementerian. Makanya kita menyampaikan kepada pak menko ekonomi, supaya bisa dikoordinasikan ke beberapa kementerian,” ungkap Denon.
“Kami dari INACA menyampaikan kepada pak menko bahwa harapan kami ke depan untuk kelancaran industri penerbangan ini, latas ini bisa diturunkan persentasenya. Sehingga, kelancaran bisnis penerbangan bisa lebih baik. Itu yang utama tadi disampaikan.”
Denon menyebutkan, salah satu kementerian yang perlu dilibatkan adalah Kementerian Perindustrian.
“Tentu akan ada banyak kementerian yang terlibat di sini. Di antaranya adalah Kementerian Perindustrian, di mana hak ekspor ada di Kementerian Perindustrian. Mungkin prosesnya akan sedikit panjang,” kata dia.
Soal target penurunan persentase latas impor suku cadang, dia berharap bisa diturunkan semaksimal mungkin. Namun dirinya tidak bisa memastikan kapan persentase itu bisa diturunkan dan berapa besaran penurunan yang ditargetkan.
“Tentu targetnya bagaimana caranya supaya persentase latas ini bisa menurun. Semaksimal mungkin (turunnya), artinya kita tidak menarget angka persentase, setidaknya tidak 49 persen,” paparnya.
“Jadi saya pikir ini menjadi spirit pak menko juga untuk bisa membantu kelancaran importasi spare part,” cetus Denon.
Selain membahas soal latas impor onderdil pesawat bersama Airlangga, INACA juga membahas masalah harga avtur dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang berkontribusi terhadap tarif tiket pesawat.
“Kemudian yang lain-lain adalah masalah komposisi harga, saya pikir dengan adanya koordinasi dengan para anggota, diharapakan kalau cost component-nya bisa turun, tentu diharapkan harga tarif tiket juga bisa turun,” tandasnya.