KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) mendapatkan bantuan dari beberapa pihak dari luar negeri, setelah mengirimkan notifikasi terkait kecelakaan JT 610 pada 29 Oktober 2018. Pihak-pihak yang memberikan bantuan itu adalah JIAAC (Junta de Investigation de Accidentes de Aviation Civil) dari Argentina, NTSB (National Transportation Safety Bureau) dari Amerika Serikat, TSIB (Transport Safety Investigation Bureau) Singapura, dan AAIB (Air Accident Investigation Bureau) dari Malaysia.
“Ada tambahan dari Arab Saudi (Aviation Investigation Bureau, AIB), yang juga memberikan bantuan. Banyuan ini bisa untuk sharing, bisa juga untuk meminjam peralatan,” kata Haryo Satmiko, Wakil Ketua KNKT dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (30/10/2018).
Semua bantuan yang ditawarkan itu direspons dan ditanggapi positif oleh KNKT. “Alat yang mereka punya bisa kita manfaatkan. Seperti dari Singapura, yang memberi bantuan alat hidrophone untuk mendeteksi suara-suara di dasar laut,” kata Oni Suryo, Investigator Moda Penerbangan KNKT.
Menurut Oni, besok (31/10/2018) tim dari AS akan datang ke Indonesia. Tim ini jugabakan membawa pihak Boeing, pabrikan pesawat Boeing MAX 8, jenis pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Tanjung Karang itu. “Mereka akan membantu KNKT dalam investigasi kecelakaan itu dengan membawa representarif pihak-pihak yang terkait dengan pesawat ini,” tuturnya.
Tim dari AS ada 10 orang, sementara dati Singapura tiga orang. Mereka, kata Oni, bisa datang ke Indonesia jika terjadi kecelakaan pesawat berdasarkan ICAO Annex 9. Namun pihak Indonesia tidak membebaskan kedatangan mereka begitu saja. Mereka tetap harus memenuhi kewajiban administrasi untuk pemberitahuan ke Kementerian Luar Negeri.
Terkait kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 registrasi PK-LQP yang dioperasikan Lion Air pada penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang itu, KNKT telah membentuk command center dan telah mengerakkan beberapa tim investigator.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencari korban dan pesawat. Pada hari pertama, tim KNKT telah merapat di Kapal Baruna Jaya I milik BPPT untuk bergerak ke lokasi. Pagi tadi kapal sudah sampai lokasi, kemudian KNKT berkoordinasi dengan SAR Mission Coordinator (SMC) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP), TNI, dan Pertamina, untuk memulai proses pencarian main wreckage.
Di lokasi, tim KNKT dan BPPT menurunkan Rigid Inflatable Boat (RIB) dengan membawa peralatan multi beam sonar dan ping locator untuk menyisir lokasi yang diperkirakan merupakan titik impact. KNKT juga menurunkan tim ke Jakarta International Container Terminal II (JICT II) Tanjung Priok untuk berkoordinasi dengan BNPP dan PT Indonesia Port Company (IPC) untuk memilah barang temuan dari lokasi kecelakaan.
Pada hari kedua ini, tim KNKT masih berusaha mengumpulkan seluruh data.
“Sebulan setelah kejadian, KNKT akan menginformasikan preliminary hasil investigasi. Hasil investigasi sampai final maksimal satu tahun. Ini bukan aturan dalam negeri saja, tapi dunia internasional. Namun hasilnya nanti kalau bisa lebih cepat, lebih baik,” ujar Haryo.