Blackbox atau kotak hitam seperti di pesawat terbang direkomendasikan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) untuk dipasang pada kendaraan angkutan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Umum atau truk dan bus. Bukan hanya untuk kepentingan investigasi jika terjadi kecelakaan, tapi lebih untuk memantau bagaimana perilaku pengemudi selama berkendara.
Demikian disampaikan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono usai membuka kegiatan Accident Review Forum di Bogor, Kamis (19/7/2018). Acara bertema “Kelaikan Sarana dan Prasarana serta Implementasi SMK menuju Angkutan Jalan yang Berkeselamatan” itu dihadiri Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor, Anda Rahmawati; Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Keselamatan, Cris Kuntadi, dan Ketua Global Road Safety Partnership, Iskandar Abubakar.
Menurut Soerjanto, dengan adanya blackbox itu, pemilik kendaraan dapat mengetahui bagaimana pengemudi berperilaku di jalanan, sehingga jika ada penyimpangan bisa langsung ditegur atau diberi peringatan. “Seperti di pesawat, blackbox itu juga untuk memonitor pilot. Sekarang diujicobakan di kendaraan umum, khususnya untuk angkutan B3 dan bus umum,” ujarnya.
Rekomendasi tersebut merupakan salah satu dari banyak rekomendasi yang disampaikan KNKT. Namun, kata Soerjanto, rekomendasi untuk transportasi darat, juga transportasi laut masih belum dilaksanakan sesuai harapan KNKT. Berbeda dengan rekomendasi untuk transportasi udara dan kereta api, yang lebih dari 80 persen sudah diimplementasikan.
“Sekarang sudah mulai dilaksanakan oleh operator darat. Seperti saya juga provokasi Laksana (perusahaan karoseri) untuk laksanakan uji guling. Ini untuk crash worthiness. Meski kecelakaan kendaraan terguling dan terbakar yang kemarin terjadi tak ada korban jiwa, tapi potensi korbannya luar biasa,” ungkap Soerjanto.
Pada forum yang rutin dilaksanakan KNKT tiga-empat kali setahun untuk masing-masing moda itu untuk menyampaikab hasil investigasi yang sudah dilaksanakannya, terutama dari kecelakaan yang terjadi berulang. “Walaupun hasil itu sudah dipublikasikan di internet, tapi masyarakat, asosiasi, dan pelaksana diharapkan bisa memahami dan mengerti hasil investigasi itu untuk mencegah terjadi lagi kecelakaan yang serupa,” ucap Soerjanto.
Soerjanto menambahkan, keselamatan itu berawal dari diri sendiri dan membutuhkan kejujuran serta disiplin. Hal tersebut juga senada dengan yang disampaikan Iskandar, yang juga menyebut bahwa pelanggaran makin banyak karena ada pembiaran dan setiap kecelakaan didahului oleh pelanggaran.
“Tanpa langkah nyata dari kita semua, tak kan ada atau tak signifikan penurunan kecelakaan seperti yang diharapkan,” kata Iskandar.
Soerjanto juga mengatakan, kurang dilaksanakannya rekomendasi KNKT karena masalahnya tidak sesimpel yang dilihat kasat mata. Perlu pengkajian menyeluruh dan mendalam.

Seperti dikatakan pula oleh Cris bahwa seringkali solusi yang dilakukan malah menimbulkan masalah lain. “Seharusnya seperti Pegadaian, menghilangkan masalah tanpa masalah,” ucap Cris. Jadi, Soerjanto menambahkan, untuk menurunkan angka kecelakaan transportasi darat membutuhkan solusi yang komprehensif.