KMP Bahtera Nusantara I & II Diapungkan untuk Konektivitas Wilayah Terpencil

Penyeberangan lintas Tanjung Pinang-Tambelan-Sintete bakal punya kapal baru. Kapal penyeberangan ro-ro 1.500 GT dengan nama KMP Bahtera Nusantara I ini mulai diapungkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan di Palembang, Jumat (9/8/2019). Kapal yang dibangun oleh PT Mariana Bahagia ini selanjutnya akan dioperasikan oleh PT ASDP Indonesian Ferry (Persero).

“Selamat kepada direksi dan segenap karyawan PT Mariana Bahagia yang telah mendapatkan kepercayaan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan KMP Bahtera Nusantara I. Kapal ini dibangun melalui dana APBN dengan skema pembiayaan multi years contract (MYC) tahun anggaran 2018-2019,” ujar Budi Setiyadi, Dirjen Perhubungan Darat.

Budi menambahkan, total investasi KMP Bahtera Nusantara I Rp89miliar. “Saya berharap agar pembangunan yang sudah tinggal 10% lagi itu bisa selesai tepat waktu, yakni pada Desember 2019.”

Kapal penyeberangan tersebut berkapasitas 400 penumpang dan 26 anak buah kapal (ABK), juga mampu mengangkut 20 truk besar dan 10 kendaraan roda empat (R4). “Ini merupakan perwujudan komitmen pemerintah untuk selalu memberikan kemudahan aksesibilitas bagi pelaksanaan pembangunan daerah, terutama di wilayah-wilayah terpencil,” tutur Budi.

Sehari sebelumnya, KMP Bahtera Nusantara II juga diapungkan dari Galangan Kapal PT Dumas Tanjung Perak Shipyard, Surabaya. Kapal ini dioperasikan sebagai angkutan penyeberangan di Provinsi Maluku.

Pengapungan merupakan bagian penting dari pembangunan kapal. Inilah untuk pertama kali, kapal itu akan mengapung di air. Momen ini dicatat sebagai tanggal dimulainya perhitungan yang terkait dengan docking periodik kapal.

KMP Bahtera Nusantara II telah 90,71% rampung. Namun pembangunannya bukan saja dinilai dari sisi fisik, juga harus laik laut yang dibuktikan dengan pemenuhan spesifikasi teknis dan kesesuaian dengan desain. Dengan begitu, performa dan stabilitas kapal bisa maksimal saat beroperasi, sesuai dengan yang direncanakan.

“Kapal ini berkapasitas angkut 400 orang, juga 19 truk besar dan 10 kendaraan R4 dengan kecepatan percobaan 16 knot,” kata Budi. Alokasi waktu pembangunannya 22 bulan, dimulai tahun 2018 dengan pagu anggaran Rp90miliar (TA 2018 Rp20miliar dan TA 2019 Rp70miliar).

Kembali ke Palembang, Direktur Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan, Chandra Irawan menyebutkan, kontrak pembangunan kapal tersebut akan berakhir pada 31 Desember 2019. Dananya dari APBN Satker Direktorat Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan. “Untuk kedua kapal tersebut, kontrak dan kualitasnya sama,” katanya.

Chandra menjelaskan, kondisi gelombang di lintasan Tanjung Pinang-Tambelan-Sintete cukup tinggi pada saat-saat tertentu, maka dibangun kapal 1.500 GT yang cukup tangguh ini. Dia pun mengatakan, nanti akan dibangun pula kapal untuk lintasan lain.

Pada akhir sambutannya, Budi menitipkan dua kapal tersebut kepada ASDP agar menjadi sarana penyeberangan untuk membuka aksesibilitas, konektivitas, dan mengurangi disparitas harga barang. “Ini merupakan bagian dari pelayanan kepada masyarakat,” ucap Budi di hadapan Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi; Direktur Utama PT Mariana Bahagia, Yohnlee Williang Sutjipto; dan Wakil Bupati Banyuasin, Danlanal Palembang.

Foto: Humas Ditjen Hubdat