Kisah R80, Impian Terakhir Habibie yang Dicoret dari Daftar PSN

Pada Jum’at (29/6/2020) lalu, pemerintah memutuskan menghapus dua proyek pengembangan pesawat buatan dalam negeri dari daftar proyek strategis nasional (PSN). Keduanya adalah N245 yang dikembangkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan pesawat terbang regional turboprop R80 yang dirintis PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan swasta yang didirikan (alm.) B.J. Habibie.

Terkait keluarnya R80 dari PSN, RAI angkat bicara. Disebutkan bahwa rencana RAI membangun pesawat kebanggaan nasional R80 merupakan proyek terakhir yang gagas Habibie.

Tahun 2017, R80 resmi masuk dalam PSN karena memenuhi kriteria strategis. RAI optimis pesawat tersebut dapat mengisi pasar domestik dan regional menggantikan pesawat asing sekelas uang selama ini banyak dioperasikan maskapai dalam negeri.

Perusahaan menegaskan, pengembangan industri dirgantara bernilai strategis ekonomi yang sangat besar. Dijelaskan bahwa Indonesia adalah salah satu pengguna ATR terbesar dan R80 dibangun di kelas yang sama dengan pesawat tersebut.

“Jika kita sendiri memproduksi pesawat R80, maka akan memberikan dampak positif dan manfaat strategis bagi perekonomian nasional, daripada kita harus membelinya dari luar negeri,” papar perusahaan dalam keterangan tertulis, Rabu (3/6/2020).

Selain itu, nilai strategis yang diberikan oleh industri dirgantara nasional adalah memberdayakan dan mengembangkan SDM lokal. Selaras dengan perluasan kapasitas industri maka kebutuhan dan penyerapan SDM pun akan terjadi.

RAI mengklaim akan memberdayakan putra-putri terbaik bangsa yang juga tersebar di seantero dunia sesuai kompetensinya untuk bahu-membahu mengembangkan industri dirgantara nasional.

Baca Juga: Elang Hitam, Embrio Drone Kombatan Buatan Lokal untuk TNI AU

Perusshaan berdalih, dengan pengembangan R80 bangsa sekaligus melakukan regenerasi kemampuan teknologi yang terhenti karena surutnya PTDI di tahun 2000an. Perusahaan juga mengklaim pesawat ini akan menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi.

“R80 mengisi amanah yang diberikan dalam UU No.1 Penerbangan 2009 dan RIPIN 2015,” imbuh perusahan.

Menurut perusahaan, masuknya R80 dalam daftar PSN memberikan pesan bahwa pemerintah mendukung rencana bisnis pengembangan pesawat tersebut.

Nilai ekonomisnya bagi negara, pendanaan R80 dilakukan tanpa APBN. Selain itu tidak ada jaminan dari pemerintah, karena pendanaan diupayakan melalui PINA (Pembiayaan Investasi Non APBN).

Selama fase desain konsep, R80 sepenuhnya dibiayai Habibie dan pemegang saham RAI lainnya.

Selama dalam PSN

Selama kehadiran R80 dalam PSN, sudah dirasakan dukungan pemerintah dalam fase konseptual program R80.

Tercatat, Bappenas/ PINA memberikan dukungan untuk fasilitasi kepada calon investor. Kemudian, Kementerian Luar Negeri memberikan dukungan diplomasi ekonomi. Lalu, BKPM memberikan kemudahan dalam mengurus perizinan.

Selain itu, Kementerian Riset dan Teknologi memberikan dukungan program PPTI di bidang pengujian aerodinamika. Sementara BP Batam memberikan dukungan lokasi Aerospace Park.

Baca Juga: Garuda Luncurkan Layanan Pengiriman Barang Berbasis Aplikasi Digital

“Kami juga berterimakasih kepada masyarakat yang telah mendukung melalui jalur crowd funding dengan menggunakan plat form kitabisa.com.”

Salah satu contoh pemanfaatan ekosistem di fase konseptual R80, pengembanan pesawat ini menggunakan jasa laboratorium aerodinamika milik Pemerintah dalam melakukan perancangan model dan pengujian terowongan angin di Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika di Serpong.

RAI bersinergi dengan stakeholder industri penerbangan nasional mengusulkan kepada Pemerintah untuk menyusun Roadmap Industri Penerbangan Nasional. Awalnya dikoordinasikan oleh Kemenko Maritim dan saat ini dilanjutkan oleh Kemenristek BRIN.

Roadmap didorong oleh stakeholder industri, agar Indonesia mempunyai visi dan rencana strategis ke depan agar industri penerbangan menjadi ekosistem dan bagian dari perencanaan pembangunan nasional.

Proyek R80 tetap menjadi salah satu penggerak utama roadmap ini. Dalam pandangan RAI, industri pesawat terbang angkut masih menjadi penggerak utama industri.

Baca Juga: Pelaksanaan Haji Dibatalkan, Garuda Kehilangan 10% Pendapatan

RAI memandang industri penerbangan mempunyai nilai strategis yang amat besar dan merupakan pekerjaan rumah atau tantangan pemerintah dan bangsa ini. Perusahaan menilai, pemerintah perlu mendayagunakan potensi yang ada untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing bangsa, mengejar ketinggalan.

“Industri penerbangan harus menjadi salah satu industri prioritas di masa datang,” tutup perusahaan.