IndoAviation – PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk membukukan kinerja meyakinkan pada kuartal I-2023. Transformasi korporasi yang dijalankan BNI menjadi salah satu kunci terjaganya kinerja secara baik.
Direktur Digital & Integrated Transaction Banking BNI, Corina Leyla Karnalies mengatakan, BNI menjalankan tranformasi perusahaan dengan menekankan pentingnya disiplin dalam mengelola portofolio kredit.
Dengan demikian, BNI dapat memberikan pengembalian profit yang lebih tinggi dan berkelanjutan kepada para pemegang saham.
Dua tahun lalu, kata Corina, BNI mencatat hanya 61% portofolio kredit yang siap tumbuh, sementara 39% sisanya masih mengalami masalah kualitas aset. Di satu sisi, BNI tumbuh agresif dengan compounded annual growth rate (CAGR) 15% untuk Growth Portofolio.
“Di sisi lain, BNI menurunkan Selective Portofolio 9% CAGR dalam periode yang sama,” ungkap. Corina di Jakarta, Rabu (19/4/2023).
Sekarang ini komposisi Growth Portfolio semakin dominan; menjadi 71% dari total portofolio. Artinya, BNI memiliki lebih banyak ruang tumbuh jika kondisi makroekonomi mendukung.
Terkait profil risiko protofolio kredit, Corina menjelaskan, BNI berhasil memperbaiki aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang turun dari 81% menjadi 76%.
Perbaikan profil risiko ini tidak hanya menghasilkan pertumbuhan laba bersih yang kuat dalam dua tahun terakhir. Namun pada masa mendatang akan mengurangi volatilitas laba selama siklus penurunan ekonomi.
Corina menyatakan, BNI ingin tingkat return on equity (ROE) yang berkelanjutan dan meningkat terjaga dengan baik. BNI memang masih memiliki pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam hal Selective Portofolio ini.
Meskipun terjadi peningkatan besar dalam dua tahun terakhir, BNI masih memiliki Loan at Risk (LAR) senilai Rp49triliun dalam Selective Portofolio, yang perlu dihapus secara bertahap.
“Kami terus menggunakan PPOP kami untuk membangun cakupan penyediaan yang lebih tinggi, yang sekarang mencapai cakupan LAR 46%,” kata Corina. Dengan strategi ini, BNI melakukan pendekatan yang berbeda dari bank-bank lain dalam memperkuat bisnisnya.
Corina menyampaikan, pertumbuhan top line BNI mungkin belum tentu di atas industri, tapi pertumbuhan bottom line terus menguat.
BNI membukukan laba setelah pajak mencapai Rp5,2triliun pada kuartal I-2023 atau tumbuh 32% tahun ke tahun (year on year/yoy). Pertumbuhan kredit BNI menyentuh 7,2% yoy, yang menunjukkan antusiasme kegiatan ekonomi terus bergerak ke atas.
Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto berpendapat, kinerja perbankan di Tanah Air baik-baik saja jika melihat kondisi perekonomian saat ini.
Dia menyebutkan prinsip “banks follow economy, business and industry”; sejauh ini perkembangan ekonomi Indonesia masih bagus seperti terlihat dari data ekonomi.
Data ekonomi itu utamanya adalah PDB tumbuh berkisar 5%, inflasi terkendali 2-4%, indeks PMI di zona ekspansi berkisar 51, konsumsi masyarakat dan investasi langsung meningkat, dan pertumbuhan kredit tahun ini tetap cukup tinggi; berkisar 10-12%.
“Apalagi PPKM sudah dicabut!” Ryan menegaskan.
Di sisi sumber dana, penghimpunan DPK juga tumbuh positif berkisar 8-10% karena volume ekonomi meningkat. Arus masuk modal asing berlanjut dan suku bunga perbankan di dalam negeri masih menarik.
Menurut Ryan, itu semua akan membawa kinerja perbankan nasional tetap positif. Ditandai dengan pertumbuhan profit yang signifikan karena memiliki likuiditas dan permodalan yang sangat memadai.