PT Kayan Hydro Energy (PT KHE) sedang merampungkan pembangunan jalan penghubung untuk mengejar target pembangunan konstruksi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan, yang akan dimulai tahun 2023. Jalan penghubung sepanjang 12 kilometer itu untuk menghubungkan jalan umum terdekat menuju titik lokasi pembangunan Bendungan Kayan I.
Demikian dikatakan Direktur Operasional PT KHE, Khaeroni kepada sejumlah media nasional dan asing di Long Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, akhir Agustus 2022 dalam siaran pers, Rabu (14/9/2022).

Pembangunan jalan tersebut akan terbagi dalam tiga seksi pengerjaan. Pertama, dari titik Bendungan Kayan I menuju Tugu Lima. Kedua, dari Tugu Lima menuju Sungai Muara Pangean. Ketiga, dari Sungai Muara Pangean menuju jalan PU (Pekerjaan Umum) atau jalan umum. Untuk penyelesaian akses jalan penghubung antara titik lokasi pembangunan PLTA Kayan I perlu dilakukan peledakan 115.000 meter kubik material batu di sejumlah titik jalur akses tersebut mulai September 2022.
“Dalam memulai tahap konstruksi pada tahun 2023, dikerjakan perluasan jalan untuk angkutan alat berat serta izin peledakan. Sementara gudang bahan peledak sudah siap sejak lama,” kata Khaeroni, sambil menunjuk sejumlah gudang bahan peledak.
Di bawah koordinasi Manajer Lapangan, Sapta Nugraha dan Safran, saat ini PT KHE tengah melakukan land clearing dan pembukaan jalan di sekitar PLTA Kayan. Sementara kegiatan land clearing kedua di area Tugu 5 untuk infrastruktur, juga sedang dikerjakan. “Karena kemarin banjir, pengerjaannya agak tersendat. Selesai itu, nanti kita harapkan 80 hektare lebih bisa dikerjakan juga,” ungkap Khaeroni.

Pembangunan jalan penghubung ke gudang penyimpanan bahan peledak di Tugu 5, yang melewati Sungai Pangean, sudah selesai. PT KHE juga telah memesan bangunan konstruksi jembatan. “Jadi, jalan PU menuju Sungai Pangean, dari Sungai Pangean ke Tugu 5 itu, kita sudah pesan jembatan besar. Kemungkinan tidak lama lagi tiba. Kemarin pengirimannya agak tersendat dari Surabaya karena pada saat lebaran mereka tidak terima pengiriman muatan barang besi yang banyak,” jelas Khaeroni.
Disampaikannya pula, “Kemarin logistik angkut dari Tanjung Selor menuju Peso kondisinya pas air surut, sehingga mereka harus kembali lagi. Nanti pengiriman logistik sampai Tugu 5 harus dalam keadaan air pasang.”
Untuk memperlancar pengiriman material konstruksi di Peso, ada 11 titik di Sungai Kayan yang akan dilakukan pengerukan. “Salah satu spot-nya ada di depan Desa Long Bia. Di sana ada adras, terus di tikungan sungai dekat Peso ada pengerukan. Untuk pengerukan di beberapa titik spot itu kemarin kami sudah proses izin pemanfaatannya ke Kementerian ESDM. Sekarang lagi proses peningkatan IUP OP dan kemarin sudah dapat rekomendasi dari PUPR untuk perizinan pengerukan,” ungkap Khaeroni,

Khaeroni juga mengatakan bahwa pihaknya sedang menyampaikan permohonan izin peledakan. Rekomendasi dari Polres Bulungan dan Polda Kaltara telah selesai. “Proses izin penggunaan dan pembelian bahan peledak di Mabes Polri itu selesai bulan Juni 2022. Tidak lama lagi akan dilakukan peledakan jalan menuju bendungan. Peledakan itu bisa memakan waktu enam bulanan. Sampai ke titik bendungan dilakukan peledakan pembuatan diversion channel atau pengelak sungai,” ujarnya.
Diversion channel adalah saluran pembagi debit atau shortcut untuk mengurangi debit banjir pada sungai yang langsung dialirkan ke laut. Kata Khaeroni, “Rencana awal tahun 2023 sudah membuat diversion channel, terus lanjut konstruksi bendungan.”
Menurut Khaeroni, PT KHE optimistis proses pengerjaan konstruksi pembangunan PLTA Kayan dapat dimulai tahun 2023 dan beroperasi secara bertahap mulai tahun 2026. Sebagaimana diketahui, PLTA Kayan Cascade memanfaatkan area sepanjang sungai Kayan, yang terdiri dari lima bendungan dengan lima-enam unit turbin pembangkit tiap bendungannya.
“Tahap pertama PLTA Kayan Cascade berkapasitas 900 Megawatt (MW), tahap kedua 1.200 MW, sedangkan tahap ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW, serta tahap kelima 3.300 MW,” jelas Khaeroni.
Investasi proyek tersebur diperkirakan memakan biaya sekitar 17 miliar dolar AS. Sumber dananya berasal dari PT KHE dan partner, yang salah satunya adalah Sumitomo Jepang.
Foto: PT KHE