Karhutla di Kalimantan Bikin Penerbangan Turun Hingga 40 Persen

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih mengganggu penerbangan di wilayah terdampak, khususnya Pulau Sumatra dan Kalimantan.

Dikutip dari CNN Indonesia (19/9/2019), Budi mengatakan tingkat penurunan penerbangan akibat karhutla tertinggi terjadi di Pulau Kalimantan, yakni sebesar 40 persen.

“Kalau di Provinsi Riau tinggal sedikit, mungkin 10 persen. Untuk Pulau Sumatra keseluruhan sebesar 30 persen,” ujarnya, Rabu (18/9/2019).

Menurutnya, dampak karhutla di wilayah Sumatra sudah membaik. Saat ini, wilayah di Sumatra yang masih terdampak cukup parah adalah Kota Dumai, Riau. Namun, asap pekat masih menyelimuti Pulau Kalimantan, khususnya Provinsi Kalimantan Barat.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berkewajiban memastikan keamanan pada penerbangan ke wilayah-wilayah tersebut. Dua hal yang dilakukan Kemenhub adalah memberikan potret kondisi di lapangan dan rekomendasi terbang bagi maskapai.

“Biasanya, tidak boleh terbang itu pagi hari karena banyak kabut. Untuk siang dan sore dilihat dari waktu ke waktu. Kalau sudah bersih kami silakan (aktivitas penerbangan), tapi kalau masih ada kabut kami tunggu,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Polana B Pramesti mengatakan bahwa jumlah bandara yang terdampak asap karhutla terus bergerak.

Pada Rabu (18/9/2019) kemarin, laporan yang diterimanya menyatakan bandara terdampak di Pulau Sumatra hanya terjadi di Bandara Pinang Kampai, Dumai, Riau. Di Pulau Kalimantan, bandara yang terdampak meliputi Bandara Supadio di Pontianak, Bandara APT Pranoto di Samarinda, Bandara Haji Asan di Sampit, dan Bandara Robert Atty Bessing di Malinau.

“Angkanya bergerak terus, kadang bandara ini terdampak, kadang tidak,” ungkapnya.

Polana mengatakan, pihaknya akan memastikan keamanan penerbangan dengan berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait.

Sebagai informasi, karhutla terjadi di enam provinsi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan. Pekatnya asap akibat karhutla ini menyatakan status siaga darurat di keenam provinsi tersebut.

Secara keseluruhan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat area terbakar mencapai 328.724 hektare dengan 2.719 titik panas pada periode Januari hingga Agustus 2019.