Insiden ‘rusuh’ di Tanah Mutiara Hitam, Papua, beberapa waktu lalu sangat melukai hati masyarakat Papua. Betapa tidak, ditengah upaya mereka membangun kesetaraan berbagai bidang dengan daerah-daerah lain di Indonesia, tiba-tiba mereka dibenturkan dengan isu SARA lewat insiden “penyerbuan” asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur.
Dalam sebuah artikel yang IndoAviation terima dari Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Dispenau), Jum’at (23/8/2019), dijelaskan bahwa isu makin meluas seiring tersebarnya informasi hoaks di media sosial. Akibatnya, ribuan warga Papua di kota Manokwari, Sorong dan Jayapura turun ke jalan. Kerusuhan pun pecah, mereka menuntut keadilan.
Di tengah “rusuh” itu, sejatinya orang-orang Papua menyimpan potensi besar. Mereka tidak ada bedanya dengan suku-suku lain di Indonesia.
Dalam urusan nasionalisme misalnya, mereka adalah patriot dan kestria yang berhati ‘Merah Putih’. Banyak pemuda-pemudi Papua kini telah menjadi prajurit TNI dan Polri yang mengawal kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebut saja Letnan Dua Pasukan (Letda Pas) Robert Habel Dumais, perwira TNI AU yang kini berdinas sebagai Komandan Pleton (Danton) di Batalyon Komando (Yonko) 468 Paskhas Biak, Papua. Juga Letnan Dua Adm Astria Fancolla Kresnawati Donggori sebagai Kepala Sekretariat Lanud Sutan Sjahrir Padang. Mereka adalah dua orang dari ratusan pemuda-pemudi Papua yang memberi harapan untuk kemajuan tanah Papua.

Bersama Robert Habel Dumais dan Astria, kini juga berdiri deretan perwira-perwira aktif TNI AU lain yang juga asli putra-putri Papua. Bahkan sekarang mereka telah menyebar dalam penugasan di berbagai satuan TNI AU di seluruh Indonesia.
Kehadiran Letda Pas Robert Habel Dumais dan Letda Adm Astria Fancolla Kresnawati Donggori sebagai perwira TNI AU dan patriot penjaga NKRI, tidak lepas dari kepedulian TNI AU membina potensi pemuda-pemudi Papua.
Melalui program afirmasi tahun 2013, TNI AU telah berhasil mengantarkan belasan pemuda dan pemudi Papua menjadi Perwira TNI AU melalui jalur pendidikan Taruna-taruni Akademi Angkatan Udara (AAU).
Pada 2013, seluruh satuan TNI yang ada di Papua, diwajibkan melaksanakan pembinaan kepada putra-putri asli Daerah Papua (PAPD) yang berminat untuk menjadi Taruna Akademi TNI.
Bahkan pada 2012, Lanud Silaspapare Jayapura sebagai salah satu satuan TNI AU yang ada di Papua, sudah melaksanakan program tersebut dengan melakukan promosi dan sosialisasi ke sekolah-sekolah SMA yang ada di Papua.
Hasilnya, 69 siswa SMA berhasil mengikuti pembinaan yang dilaksanakan Lanud Silaspapare Jayapura. Mereka mengikuti pembinaan dan dipersiapkan selama empat bulan. Materi pembinaan meliputi aspek kesehatan, kesamaptaan jasmani, mental idiologi, psikologi dan akademis.
Komandan Lanud Silaspapare Jayapura saat itu, Kolonel Diyah Yudanardi (sekarang Komandan Kodiklatau dengan pangkat Marsda TNI) adalah orang yang sangat komitmen mendukung program ini.
Melalui tangan dingin prajurit Lanud Silaspapare Jayapura, 24 dari 69 siswa SMA yang dibina berhasil mengikuti seleksi Taruna-taruni AAU di tingkat daerah. Sementara sisanya mengikuti seleksi lewat jalur sekolah kedinasan di beberapa kementrian dan lembaga.

Dari 24 siswa tersebut, sepuluh di antaranya berhasil menjadi Taruna-taruni AAU, dan sekarang mereka sudah dinas aktif menjadi perwira TNI AU.
Berikut sembilan nama di antara mereka:
- Letda Pas Robert Habel Dumais
- Letda Pas Evra Marey
- Letda Pas Evan Worabay
- Letda Tek Yohanis Epa
- Letda Tek Agus Murip
- Letda Tek Ryanda
- Letda Sus Jandri Waimbo
- Letda Adm Rian
- Letda Adm Astria Fancollo Lesnawati Donggiri.
Nama Yang terakhir menjadi satu-satunya gadis Papua yang berhasil menjadi perwira Wanita Angkatan Udara (Wara) melalui jalur pendidikan AAU.
Tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan mereka akan menjadi pemimpin TNI AU, TNI, atau bahkan pemimpin negeri ini.
Karena memang Papua menyimpan banyak potensi, baik sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA). Menjadi jelas, tidak ada keraguan lagi kalau ternyata masih banyak asa di Tanah Mutiara Hitam.