Kabut Asap Berkurang, Penerbangan di Pekanbaru Mulai Normal

Dengan berkurangnya sebaran kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru mulai normal, Selasa (24/9/2019). Sehari sebelumnya puluhan penerbangan di bandara ini terganggu karena jarak pandang menurun drastis.

Executive General Manager Bandara SSK II, Yogi Prasetyo mengatakan, jarak padang relatif lebih baik sehingga pesawat dari dan menuju Pekanbaru tidak mengalami kendala.

“Dapat kami sampaikan kondisi penerbangan pagi ini di Bandara SSK II tanggal 24 September 2019 sampai pukul 09.30 WIB, jarak pandang di atas 800 meter,” paparnya.

“Pesawat dapat ‘landing’ (mendarat) maupun ‘takeoff’ (terbang) normal. Pesawat yang sudah ‘takeoff’ ada tujuh pesawat dan yang ‘landing’ satu pesawat.”

Dia mengatakan, sekitar pukul 10.00 WIB, jarak pandang mencapai sekitar 2,5 kilometer.

Hari sebelumnya, Senin (23/9/2019) tercatat 33 penerbangan dari dan menuju Pekanbaru terpaksa dibatalkan akibat jarak pandang menurun yang dinilai membahayakan penerbangan.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan kondisi di Provinsi Riau relatif membaik dari dampak kabut asap karhutla setelah sempat turun hujan pada Senin sore.

“Hari ini masih terdeteksi asap, tapi jarak pandang lebih bagus dibandingkan sebelumnya,” terang Staf Analisis BMKG Pekanbaru, Ahmad Agus.

Parameter membaiknya kondisi Riau juga dilihat dari kualitas udara berdasarkan penghitungan polutan partikel meter 10 (PM10). Agus mengatakan tingkat polutan di Pekanbaru setelah hujan turun pada Senin kemarin, dari sekitar 700 menjadi di angka 160-180. Hal itu, artinya udara dari kategori berbahaya turun membaik ke kategori tidak sehat.

Selasa pagi, terpantau kandungan polutan naik lagi ke angka 234 mendekati kategori sangat tidak sehat. “Artinya hujan sangat signifikan mengurangi asap, meski hujan masih di sebagian daerah,” jelas dia.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, satelit Terra Aqua pada pukul 06.00 WIB menunjukkan 39 titik panas sebagai indikasi karhutla di Riau. Lokasi paling banyak terdapat di Kabupaten Rokan Hilir dengan 19 titik. Selanjutnya Indragiri Hilir 10 titik, Kota Dumai enam titik, Kabupaten Bengkalis tiga titik, dan Kepulauan Meranti satu titik.

Dari jumlah tersebut, ada 27 yang teridentifikasi titik api. Lokasi paling banyak di Rokan Hilir dengan 13 titik dan Indragiri Hilir delapan titik, sedangkan sisanya di Dumai empat titik, dan Bengkalis dua titik.