Jasa Mereka Pasti Berarti

Assalamualaikum semua …

Nama-nama mantan direktur utama (dirut) PT Dirgantara Indonesia (PTDI) setelah era BJ Habibie disebut pada “Awarding Day” di hanggar Rotary Wing, Bandung, Rabu (12/9/2018). Ada nama Hari Laksono, kemudian Surasno Paramayuda, lanjut Jusman Sjafi’i Djamal, Edwin Sudarmo, dan Budi Santoso.

Sayangnya, mereka yang disebut sebagai penerima “Lifetime Award for Contributing Ideas for the Company” dan “Lifetime Award for the Outstanding Leadership for the Company” itu hanya Edwin dan Budi yang naik ke atas panggung.

Edwin, yang menjadi dirut tahun 2002-2005, menyampaikan rasa bangganya sempat menjadi seorang pilot uji. Pesannya, “Jadilah safe pilot dan selalu melakukan cek, cek, dan cek ketika akan terbang. Jangan sampai ada hal sekecil apa pun yang menjadi kesalahan.”

Ada jeda dua tahun sebelum Budi ditunjuk menjadi dirut setelah era Edwin. Masa itu tak ada dirut dan PTDI sudah dinyatakan pailit, tapi masih ada. Menurut Budi, ia dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk jadi dirut PTDI tahun 2007. “Saya tanya dulu, ini permintaan atau perintah? Karena kalau permintaan, saya menolak, tapi kalau perintah, saya harus menerima. Kata pak SBY, ini perintah!”

Jadilah Budi dirut perusahaan yang waktu itu statusnya pailit. “Mana ada dirut BUMN yang status perusahaannya pailit. Pesawat saja cuma ada satu di hanggar, padahal karyawannya masih banyak,” ungkapnya.

Awalnya tak ada bank yang mau memberikan dana untuk operasi perusahaan. Namun kemudian Bank BNI bersedia dengan agunan aset-aset PTDI, sehingga perusahaan pun mulai berjalan. “Untuk tambahan dana, kami mengajukan pula pada Bank BRI, tapi sudah tidak ada lagi yang bisa diagunkan. Namun BRI mau memberikan dananya,” ucap Budi.

Siapa pula yang menjadi dirut PTDI selama 11 tahun setelah era Habibie, selain Budi. PTDI pun mulai bangkit dan bisa membangun pesawat baru N219 Nurtanio, sampai bisa terbang perdana pada 16 Agustus 2017. Setelah ini, Budi pun diganti dirut yang sekarang, Elfien Goentoro.

Saya mengenal Hari, dirut pertama setelah Habibie, setelah wawancara dengannya sewaktu ia menjadi Kepala UMC (Universal Maintenance Center) pada tahun 1993. UMC adalah bagian dari IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara).

Kalau dengan Paramayuda, saya kenal sewaktu ia menjadi ketua panitia (steering committee) Indonesia Air Show 1996. Setelah Hari, ia jadi caretaker sebelum ada dirut baru semasa IPTN terimbas krisis moneter.

Dengan Jusman, saya pernah wawancara tentang nostalgia N250. Buku tentang N250 yang diterbitkan Angkasa tahun 2015 itu pun sebagian besar isinya berdasarkan keterangannya. Penjelasannya komprehensif, sehingga saya yang awam bisa memahaminya.

Mengingat mantan-mantan dirut PTDI pada peringatan ulang tahun BUMN strategis ke-42 ini memunculkan kenangan pada orang-orang hebat milik bangsa. Semoga kita tidak pernah melupakan jasa mereka karena walau dianggap sekecil apa pun, jasa mereka tetap dan pasti berarti.

Foto: PTDI