Jajaki Studi Banding di 3 Bandara AS untuk Optimalisasi 3 Landasan Pacu Bandara Soekarno-Hatta

IndoAviation – Profil sisi udara Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) mirip dengan tiga bandara di Amerika Serikat (AS). Yaitu Bandara Seattle-Tacoma (Seattle), Bandara Phoenix-Sky Harbor (Phoenix), dan Bandara San Francisco.

Karena kemiripan itu, PT Angkasa Pura (AP) II dan United States Trade and Development Agency (USTDA) dapat bersama-sama melakukan studi banding di ketiga bandara di AS tersebut. Hal ini dilakukan menindaklanjut penjajakan kerja sama kedua pihak dalam pengembangan infrastruktur dan layanan bandara.

Pada 12 Mei 2023 di Kantor Pusat AP II di Tangerang, President Director AP II, Muhammad Awaluddin, bertemu dengan Senior Country Manager Indo-Pacific Region USTDA, Alissa Lee-Barden, dan perwakilan dari US Southeast Asia And Pacific Aviation Cooperation Program (ACP). Ketiganya membahas kolaborasi untuk pengembangan bandara.

President Director AP II, Muhammad Awaluddin, bertemu dengan Senior Country Manager Indo-Pacific Region USTDA, Alissa Lee-Barden di Kantor Pusat AP II Bandara Soekarno-Hatta. Foto: AP II

“AP II saat ini adalah operator bandara terbesar di Indonesia yang mengelola 20 bandara, dengan pangsa pasar lalu lintas penerbangan mencapai 45,6%,” ujar Awaluddin dalam siaran pers, Sabtu (13/5/2023).

AP II juga didukung oleh anak usaha, antara lain, di bidang properti dan infrastruktur, kargo, ground handling, dan bisnis lounge penumpang pesawat. Salah satu bandara yang dikelola AP II adalah Soekarno-Hatta, bandara tersibuk dan terbesar di Indonesia.

“Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta saat ini, antara lain, revitalisasi terminal penumpang. Ke depannya akan dibangun Terminal 4 untuk dapat melayani lebih dari 120 juta penumpang per tahun dalam jangka panjang,” ungkap Awaluddin.

Tiga terminal yang ada saat ini dengan jumlah penumpang yang dilayani tertinggi 112 juta orang per tahun, yang terjadi sebelum pandemi covid-19.

Di sisi udara (air side), Bandara Soekarno-Hatta merupakan satu-satunya bandara di Indonesia yang diperkuat dengan tiga landasan pacu (runway). Ini sama dengan di Bandara Seattle-Tacoma, Bandara Phoenix-Sky Harbor, dan Bandara San Francisco,

“AP II dan USTDA dapat bersama-sama melakukan studi banding di ketiga bandara ini untuk meningkatkan optimalisasi tiga runway di Bandara Soekarno-Hatta. Meliputi prosedur operasional runway, infrastruktur pendukung runway seperti Rapid Exit Taxiway, dan operasional secara keseluruhan,” tutur Awaluddin.

Nantinya, seluruh runway di Bandara Soekarno-Hatta dapat dioperasikan untuk take off dan landing secara bersamaan. “Tentunya ini juga berkoordinasi dengan AirNav Indonesia,” ujar Awaluddin.

Disampaikannya bahwa Bandara Soekarno-Hatta tengah melakukan transformasi untuk meningkatkan operasional serta layanan bagi maskapai dan penumpang. Ini untuk mewujudkannya sebagai referensi atau acuan bandara terbaik di Indonesia, yang menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi.

“Pengembangan mengusung konsep green airport. Melalui pengembangan ini, jumlah penumpang rute internasional di Bandara Soekarno-Hatta akan ditingkatkan menjadi sedikitnya 40% dari total penumpang, bisnis non-aeronautika ditingkatkan, dan akan dijadikan hub kargo di Asia,” ucap Awaluddin.

Bandara Soekarno-Hatta berencana membangun Cargo Village untuk mengakomodasi angkutan kargo hingga 2,5 juta ton per tahun. Jauh lebih besar dibandingkan dengan terminal kargo yang ada, yang hanya 600.000 ton per tahun.

Dalam kesempatan itu, Alissa mengatakan, USTDA atau Badan Perdagangan dan Pengembangan AS merupakan lembaga yang mendukung pengembangan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Portofolionya, antara lain, di bidang infrastruktur bandara.

“USTDA melakukan airport feasibility and master planning, modernization and expansion, engineering and design, serta safety and security,” ujarnya, seraya menjelaskan bahwa USTDA dapat mendukung pengembangan bandara mulai dari tahap perencanaan hingga memodernisasi dan ekspansi.

USTDA juga berpengalaman di bidang keamanan bandara, seperti memodernisasi dan mendesain titik keamanan (security checkpoint), pemeriksaan (screening) penumpang dan bagasi, serta pengembangan prosedur aviation security (avsec). Dapat pula mendukung peralatan dan kendaraan untuk pemeliharaan runway, serta peralatan dan kendaraan untuk keadaan darurat.