Ini Cerita Pesawat N250 (62) Dibekukan

Assalamualaikum semua …

Direktur Utama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) BJ Habibie
mempertanyakan, “Kalaupun IPTN dihentikan, apakah semua fakta perjuangan selama 50 tahun lalu dihentikan begitu saja?”

Lantas, “Bukankah sedari awal yang menentukan semua itu adalah rakyat juga? Anggaran kita ini (IPTN) kecil, tapi mengapa lalu kita yang sering dipersalahkan?”

Pertanyaan retoris itu kemudian dijawab pula oleh Habibie. Menurut dia, segala prasangka buruk terhadap IPTN dimungkinkan karena mereka tidak pernah mendapat penjelasan secara sistematis dan objektif tentang IPTN.

Habibie menggambarkan, sejak beroperasi tahun 1976 hingga 20 tahun perjalanannya, investasi IPTN 1,308juta dollar AS. Investasi ini termasuk untuk biaya program pengembangan dan riset N250 serta N2130.

Dengan investasi sebesar itu, IPTN berhasil menjual berbagai produk. Ada pesawat terbang, helikopter, dan sistem senjata, termasuk jasa subkontraktor, senilai 2,464juta dollar AS.

Letupan suara sumbang kian santer terdengar setelah pemerintah menandatangani nota kesepahaman reformasi ekonomi dengan International Monetary Fund (IMF). Pada waktu diumumkan tentang penghentian dana pemerintah yang ditujukan langsung pada IPTN itu, Habibie sedang bersama Jusman Sjafii Djamal dalam mobil.

“Kita mendengarkannya dari radio. Pak Habibie kaget. ‘Kok, ada kata-kata itu, Jusman,’ kata Habibie. ‘Tak tahu, Bapak,” jawab saya. Akhirnya, pak Habibie bertemu dengan pak Harto,” cerita Jusman.

Bagaimana dengan program N250? “Waktu itu programnya dibekukan saja. Sama seperti kita sedang berenang, tiba-tiba airnya tidak ada. Mau berenang bagaimana?” ucap Jusman.

Walaupun dibekukan, harapan untuk N250 masih ada. Ketika Habibie diangkat menjadi Presiden RI tahun 1998, jabatan direktur utama IPTN diserahterimakan kepada Hari Laksono. Program N250 dilanjutkan dengan masih terus melakukan uji terbang.

Namun sungguh bukan hal mudah menangani perusahaaan besar dengan teknologi tinggi itu. Hari pun sebentar memimpin IPTN dan tak lagi menjadi direktur utama. Tahun 1999, S Paramayuda menjadi care taker-nya. Sampai akhir tahun ini pula uji terbang kedua prototipe N250 itu dilakukan dan akhirnya dihentikan.

Tahun 2000, N250 sempat ditawarkan pada pihak luar negeri. Ceritanya dalam cerita keenam puluh tiga (63) ya.