Ini Cerita Pesawat N250 (58) Safari Terbang

Assalamualaikum semua …

Paris Air Show 1997 berakhir, tapi misi N250 belum selesai. Tim N250 harus menjalani tur promosi di sejumlah negara Eropa, Afrika, dan Asia.

Penerbangan kembali ke Bandung itu terasa berat karena tim N250 harus singgah dan unjuk kebolehan di 16 kota di beberapa negara. Namun mereka merasa diringankan karena tak perlu mengejar waktu, seperti ketika penerbangan Bandung-Paris.

Kepala tim N250 itu, Kol. Pnb. Chris Sukardjono mengatakan, perjalanan Bandung-Paris terkesan diburu waktu. Mereka memang harus mengejar validasi untuk formasi terbang, yang didemontrasikan di pameran. Panitia airshow memberlakukan syarat itu karena dalam beberapa pameran kedirgantaraan sebelumnya telah terjadi kecelakaan atraksi pesawat terbang.

Dalam safari terbang ke berbagai negara itu, tujuh awak pesawat N250 merasa santai karena tak perlu terbang hingga malam. Jarak antarkota yang disinggahinya juga tak jauh-jauh.

Dari Le Bourget, penerbangan menuju ke Dortmund lalu Bremen, keduanya di Jerman, berlanjut ke Helsinki, Finlandia. Sambutan masyarakat Helsinki terbilang antusias dan meriah. Tim promosi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) sudah siap di kota-kota tersebut.

Dari Helsinki, penerbangan dilanjutkan ke Berlin, Jerman, dan mendarat di Lapangan Terbang Tempelhof. Kemudian diteruskan ke Roterdam, Belanda, dan kembali ke Jerman, tapi ke kota Lahr.

Lantas N250 terbang ke Bassel, Swiss, dan kembali ke Lahr. Dari sini, salah seorang tim N250, Letkol Pnb Sumarwoto, harus berpisah karena ditugaskan ke Russia untuk mengevaluasi sistem persenjataan baru yang akan dibeli Indonesia.

Dari Lahr, tim N250 mampir ke Zagreb, Kroasia, lalu ke Ankara dan Istambul di Turki, juga ke Kairo, Mesir. Sambutan paling meriah diterima tim N250 di Zagreb. Sejumlah wakil Pemerintah Kroasi hadir, termasuk juga Duta Besar Rumania dan Atase Cekoslovakia, serta para wakil penerbangan sipil Kroasia. Sekitar 50 orang hadir menyambut penerbangan N250.

Kenangan unik terasa di Kairo ketika N250 bertemu “saudara kandungnya” CN235MPA. Pesawat untuk kebutuhan militer ini juga sedang dipromosikan di sana.

Dari Kairo, penerbangan berlanjut ke Abu Dhabi, Uni Emirate Arab, dan Karachi, Pakistan. Lalu singgah di Bangkok, Thailand. Tak ketinggalan pula N250 mampir ke Hanoi, Vietnam, yang menyambutnya dengan meriah.

“Pejabat Pemerintah Vietnam tampak tertarik pada N250. Mereka kelihatannya sedang mencari pengganti armada penerbangan komersial, yang umumnya sudah tua,” ujar Chris. Di Vietnam saat itu hanya ada dua-tiga maskapai penerbangan nasional.

Pada 9 Juli 1997, N250 terbang safari yang terakhir menuju Bandung dan kembali ke hanggarnya di IPTN. Penerbangan tersebut membukukan 80 jam terbang bagi prototipe pertama (PA-1) N250 Gatotkoco. Selesailah misi kenegaraan yang diembannya.

Pilot uji asing yang masuk tim N250, Capt John Bolton berkomentar, “Keandalan teknis N250 benar-benar mengagumkan. Walaupun harus mampir di sejumlah tempat, pesawat tak pernah mengalami keterlambatan jadual.”

Mantan pilot pesawat tempur Tornado, Jaguar, dan Harrier di Angkatan Udara Inggris ini menjadi pilot uji untuk pesawat di Airbus, serta Hercules dan Jetstream. Di IPTN, ia tercatat sebagai technical assistant British Aerospace (BAe) yang diperbantukan menjadi pilot uji N250.

“Dibandingkan dengan pesawat sekelasnya, menerbangkan N250 terbilang mudah karena kelengkapan glass-cockpit-nya. Kokpit seperti ini kelak akan banyak diterapkan karena prinsipnya pilot kan tak ingin kerja susah,” tutur Bolton.

Besok tentang Krincingwesi ya, dalam cerita kelima puluh sembilan (59).