Ini Cerita Pesawat N250 (54) Rencana Ferry Fligh ke Paris

Assalamualaikum semua …

Pesawat N250 Gatotkoco bakal terbang dari Bandung ke Paris. Bersama CN235MPA, N250 akan menempuh penerbangan panjang dengan jarak tempuh lebih dari 13.500km.

Bagi N250, penerbangan itu merupakan pengalaman pertamanya melanglang buana. Sementara CN235MPA sudah kerap keliling dunia; demo tour di negara-negara Asia, Eropa, dan Australia.

Perjalanan Sang Gatotkoco melintas benua dimulai dengan terbang ferry melalui Asia-Afrika-Eropa. Debut puncaknya adalah terbang demo (demo flight) di Paris Air Show 1997.

Selanjutnya, N250 bersafari sekaligus promosi dari satu negara ke negara lain di Eropa, Afrika, dan Asia. Perjalanan tersebut juga sebagai proses untuk menambah jam terbangnya. Saat itu, Gatotkoco sudah mengantongi 400 jam terbang.

Sedianya, Capt Erwin Danuwinata yang akan memimpin penerbangan monumental itu. Namun takdir tak bisa ditolak. Erwin mengalami kecelakaan di Lanud Gorda, Serang, ketika sedang menguji terbang heavy drop pesawat CN235. Semua awak pesawat: Erwin, Capt SF Halim, Didiek Permadi, Prihatno Sutodiwirjo, BS Budi Prasetyo, dan William Denton, instruktur aerial delivery system dari Metrix Inc. AS, meninggal dunia.

Setelah meninggalnya para awak pesawat di Gorda itu, sempat ada ketidakpastian tentang penerbangan ke Paris itu. Namun akhirnya prototipe pertama (PA-1) N250 diputuskan tetap berangkat dan kendali tim untuk ferry flight itu dilimpahkan kepada pilot uji senior IPTN, Kolonel Pnb Chris Sukardjono.

Anggota tim adalah Letkol Pnb Sumarwoto, Capt Adi Budi Setiawan Atmoko, dan pilot uji asing, Capt John Bolton. Mengingat PA-1 merupakan pesawat eksperimental, penerbangan menempuh hampir separuh lintang bumi tersebut didukung pula oleh sejumlah flight test engineer (FTE) dan flight test instrumentation (FTI).

Para engineer itu adalah Hindawan Hariowibowo (FTE) dan Nurcholis (FTE) serta Yuares Riady (FTI). Merekalah yang bertanggung jawab atas “kesehatan” fly-by-wire yang pertama di dunia pada pesawat komuter tersebut.

Menurut Sumarwoto, sebenarnya Erwin sudah membuat rencana untuk menyertakan PA-2 N250 Krincingwesi pada penerbangan jarak jauh itu. Kedua pesawat: Gatotkoco dan Krincingwesi direncanakan untuk terbang formasi di Le Bourget, tempat berlangsungnya Paris Air Show 1997.

Namun rencana itu tak bisa diwujudkan karena PA-2 belum siap terbang jauh. Lagi pula masterplan yang dibuat Erwin itu belum diuji-coba. Crish dan tim pun sulit mewujudkan keinginan Erwin tersebut.

Bagaimana cerita perjalanan jauh N250 Gatotkoco? Besok diceritakan dalam cerita kelima puluh lima (55) ya.