Assalamualaikum semua …
Presiden Soeharto bangga. Katanya, dibandingkan dengan 20 tahun lalu, industri pesawat terbang Indonesia maju pesat.
Awal dibangunnya industri pesawat terbang pada pertengahan tahun 1970-an, Indonesia baru membuat pesawat NC212 dan beberapa jenis helikopter, yang bekerja sama dengan luar negeri. Sepuluh tahun kemudian, secara patungan dengan Spanyol, Indonesia membuat pesawat CN235. Tahun 1995, pesawat buatan bangsa Indonesia yang canggih di kelasnya, N250, berhasil terbang.
Kebanggaan dan pernyataan Kepala Negara Republik Indonesia pada pembukaan Indonesia Air Show (IAS), 22 Juni 1996 itu memberi motivasi tinggi bagi bangsa Indonesia. Namun diingatkan juga agar kita terus berupaya untuk mencapai kemajuan bangsa di bidang kedirgantaraan, yang masih belum selesai.
IAS’96 menjadi ajang untuk menilai, sejauh mana kemajuan yang sudah dicapai Indonesia dalam kedirgantaraan. Apa pula kelemahan dan kelebihan industrinya.
Melihat pesatnya kemajuan teknologi kedirgantaraan bangsa-bangsa lain, juga Indonesia, Presiden menyatakan bahwa jarak waktu penyelenggaraan IAS akan dipersingkat. Bukan hanya sepuluh tahun, tapi dua tahunan.
“Mulai tahun 1998, pameran ini akan dinamakan Asia Pacific Hi-Tech and Aerospace Show (APHAS),” ucapnya.
Sayangnya, pernyataan ini tak terwujud karena terjadi krisis moneter. Bahkan pada pertengahan tahun 1998, Presiden Soeharto pun lengser.
Di IAS’96, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) hajat besar. Di Paviliun Indonesia, IPTN mendominasi dengan mengambil area 1.000 meter persegi. Luasan ini sepertiganya area bangunan IAS’96.
Di area yang luas itu, IPTN menampilkan mock-up N250 yang jadi primadona. Mock-up ini dibuat persis aslinya. Pengunjung yang ingin merasakan pesawat yang baru terbang itu bisa masuk dan duduk di kursi kabin.
Ada juga mock-up N2130, walau cuma bagian kokpit dan sebagian kabin. Presiden memang memberi dukungan penuh juga untuk terwujudnya pesawat N2130, yang disebutnya pesawat penumpang yang mutakhir.
Presiden pun meninjau gerai IPTN dan menyaksikan penandatanganan kontrak pembelian pesawat N250. Merpati Nusantara Airlines meneken kontrak pembelian 15 pesawat senilai 222juta dollar AS, Sempati Air enam pesawat senilai 104juta dollar AS, dan Bouraq Indonesia lima pesawat senilai 83,5juta dollar AS.
Ada pula penandatanganan memorandum of understanding (MoU) untuk N250 dengan Mandala Airlines yang berminat memesan 20 pesawat dan Gatari Air Service satu pesawat. “Garuda Indonesia juga menyatakan minatnya untuk membeli pesawat N2130,” ungkap Heru Santoso, Ketua IAS’96 IPTN.
Bagaiman promosi N250 di Paris Air Show? Nantikan dalam cerita kelima puluh tiga (53) ya.